MELUPAKAN BARRA ZIYAAD RINALDI

8.7K 734 36
                                    

Barra,

Aku tidak pernah melihat instagram Kanaya lagi, sepertinya dia telah mem block akun ku, bahkan nomor ponsel nya tidak bisa ku hubungi sama sekali. Segitu besar keinginannya untuk menjauhi ku. bahkan hal ini, bukannya membuatku semakin mempertimbangkan Callista, malah semakin membuatku muak melihatnya.

Dia yang setiap hari seenak hatinya keluar masuk ruang apartemenku. Mengacak – acak dapurku, seolah – olah dia adalah nyonya dari rumah ini. bahkan beberapa hari yang lalu, aku membentak nya luar biasa, dia sampai menangis ketakutan melihat kemurkaan ku.

Bagaimana tidak, aku kembali dari gym, dan mendapatinya, sedang menurunkan foto pernikahan ku dengan Kanaya. Alih – alih dia ingin menggantinya dengan poster the Beatles, yang menurutnya adalah band faforitku.

"jangan lancang kamu!" bentakku dengan suara yang sangat menggelegar, dia tampak memucat dan terbata – bata menjawab bentakan ku.

"tapi kan, mas suka the Beatles, kamu pernah bilang sama aku waktu kita berduaan makan malam waktu dikantor dulu".. "lagian foto ini mau buat apa lagi? Udah gak kepakai juga kan, mas?"

Aku membanting vas bunga yang ada disampingku, menatapnya garang, aku berjalan mendekatinya "tangan kamu terlalu kotor untuk nyentuh foto itu, paham kamu?!" aku mendesis geram tatapan ku penuh amarah kepadanya. Aku merebut kasar bingkai foto yang ada ditangannya, dan menurun kan poster itu dan membantingnya hingga frame nya patah.

Aku tahu, banyak yang menyarankan ku untuk melakukan tindakan lebih tegas pada Calista. Aku pun sempat berpikiran sama seperti itu. Tapi aku berusaha berpikir lebih panjang lagi.

Belakangan ini aku bahkan tidak bisa berpikir lurus. Hari – hariku menyesakan, aku yang selalu menangisi hancurnya pernikahanku setiap malam. Bersujud memohon agar Kanaya dikembalikan padaku. Aku yang kerap memuntahkan isi perutku, setiap kali teringat bagaimana pernikahanku yang manis, kurubah menjadi seperti neraka dunia.

Tapi, janji Allah adalah orang baik untuk orang baik kan? dan apakah aku orang yang baik? Jelas tidak. Aku sudah menelantarkan rumah tanggaku sampai harus berakhir seperti ini.

Inilah hukumanku, berurusan dengan wanita yang secara tidak langsung, harus jadi tanggung jawabku. Bertambahlah beban dipundakku saat ini.

Setelah media exposure yang menyerang firma dan keluargaku, akibat aksi percobaan bunuh diri Calista. Aku yang harus terlibat pemeriksaan kepolisian juga kerap menjadi santapan para pesaing firma kami.

Siapa bilang usaha firma hukum itu lancar jaya? Tidak. Kami juga harus saling bersaing, kadang ada yang bersaing sehat, ada yang tidak. Dalam seluruh dunia profesional, selalu ada yang namanya ruang abu – abu untuk bersaing.

Salah satunya? Ya memanfaatkan rumors seperti ini. Bergulir lah issue kalau Calista mengandung anakku makanya dia frustasi ku tinggalkan. Ada yang bilang aku memberikannya tekanan untuk pergi, sehingga dia nekat. Bahkan aku di interogasi habis – habisan di kantor polisi, dengan dugaan melakukan dorongan untuk melakukan percobaan bunuh diri.

Tidak hanya aku yang pusing. Kami sampai menyewa tenaga litigasi yang biasa menangani kasus kriminal berat, untuk mendampingi ku. Seolah itu belum cukup menyiksa, Kanaya pun mengabarkan kepergiannya, yang harus ku dengar tidak langsung dari pembicaraan diruang persalinan Liza.

Inilah mengapa, aku membiarkan Calista untuk saat ini berbuat seenaknya di apartemenku. Aku tidak mau menambah exposure pada keluarga dan firmaku, dengan melaporkannya ke polisi. Anggap saja ini karmaku.

Sudah kubayangkan, akan ada headlines di forum – forum berita, dari yang resmi sampai yang tidak resmi 'Barra Ziyaad Rinaldi, ahli waris utama Rinaldi&Partners, sebuah firma hukum kenamaan di Indonesia, melaporkan mantan simpanannya ke kantor polisi, atas tuduhan memasuki wilayah kediamannya tanpa izin'

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang