WAJAH BARU

5.2K 530 4
                                    

Barra,

Ide gila melintas begitu saja dikepalaku, entah lah, aku suka ketika Kanaya ber improvisasi tentang hubungan kami. Dia mengambil cuti selama 2 hari untuk ulang tahunku. Ketika aku tanya apa alasannya cuti 2 hari, dia bilang, jaga – jaga kalau hari pertama aku gagal di temui, maka hari kedua bisa di coba lagi. Aku sedikit tersentil dengan pikirannya itu.

Ditengah – tengah melanjutkan meeting yang terputus tadi, aku terlintas ide, malam ini akan menjadi milik kami berdua. aku mencari – cari hotel terdekat dari Thamrin ini, sehingga terpikirlah Grand Hyatt Hotel. Aku lalu memesan sebuah kamar suite room untuk satu malam. Sayangnya aku besok tidak bisa cuti juga, tapi paling tidak, aku bisa berangkat sedikit lebih siang.

I promise to myself, I will shut my phone off.

Aku pun menitipkan pekerjaan pada anak buahku, walau aku harus menanggung risiko, karena salah satu anak buahku ini masih anak baru. Namanya Callista.

Selesai meeting aku menemui Kanaya di ruanganku, dia sedang duduk di kursi kerjaku, menatap meja konsol di ruanganku yang memang berjejer foto – foto aku dan Kanaya. Foto ketika kami masih awal berpacaran, foto ketika kami lamaran, menikah, bulan madu dan masih banyak foto – foto candid Kanaya yang ku ambil.

Kalau kata Adrian dan Ale aku bucin, biarlah, sama istri sendiri ini.

Setiap aku berlama – lama di kantor, aku sangat rindu Kanaya, obat rindu ku adalah memandangi foto – foto itu. Aku rindu celoteh riangnya, sifat manjanya dan perhatiannya. Usapan lembutnya setiap membangunkan ku, kecupan hangatnya dan bisikan cinta nya setiap menjelang berangkat kantor, namun aku masih tertidur.

"heey... bengong liatin apa?" aku memutar kursi itu, dan mengungkung nya dengan kedua lenganku bertopang di lengan kursi. Dia tertawa ceria, wajahnya tampak bahagia sekali hari ini.

"lagi liatin wall of fame tuh.. banyak banget fotonya" aku pun tertawa mendengarnya menjebut jejeran foto itu sebagai wall of fame.

"makasih ya... udah kasih mas surprise.." lalu aku mencondongkan tubuhku padanya, dan mencium bibirnya dalam, dia pun menyambutnya dengan mengalungkan tangannya pada leherku.

Ciuman kami semakin dalam dan bergairah, sampai tiba – tiba seseorang memasuki ruangan ku tanpa mengetuk pintu.

"maaf pak.." ternyata Callista, aku dan Naya pun menjadi canggung, walau aku kesal juga kenapa dia masuk tidak mengetuk pintu. Semua orang disini selalu mengetuk pintu jika memasuki ruangan seseorang, ini sudah semacam sopan santun. Pengecualian untuk istriku, dia tidak perlu mengetuk pintu memasuki ruanganku.

Aku membersihkan tenggorokanku, dan menormalkan ekspresi wajahku. Naya juga tampak canggung, karena sungguh cara kami berciuman tadi, sangat tidak layak untuk di perlihatkan kepada siapapun.

"ada apa ta? Next time tolong ketuk pintu dulu"

"iya pak.. maaf.. saya mau discuss beberapa hal, kalau bapak ada waktu"

"oke.. i have 10 minutes saya harus pergi sama istri saya"

Lalu aku meminta Callista duduk di sudut diskusi kecil yang ada di ruanganku, sebuah meja bundar kecil dan 3 buah kursi.

"mas.. aku tunggu diluar aja ya?" pamit Kanaya, yang kusambut dengan gelengan kepala

"no...no.. mas gak lama, kamu duduk aja dulu ya, just 10 minutes okay?"

Istri penurut ku ini pun menganggukan kepalanya.

*****

Kanaya,

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang