SADAR POSISI

5.1K 542 193
                                    

Barra,

Aku melihat Callista kembali ke ruang rapat dengan mata memerah. Dia meninggalkan rapat cukup lama, sekitar 15 menit. Aku berusaha untuk tidak menghiraukannya.

Sebersit rasa tidak tega melakukannya, tapi di sisi lain, ada wanita lain yang lebih berhak untuk ku jaga perasaannya saat ini. istriku.

Naya datang dan membagikan bento yang dia janjikan, sontak sorak sorai Wahyu dan Stevan langsung memenuhi ruangan ini. aku akui, kemampuan Kanaya untuk menjalin hubungan baik dengan rekan kantorku sangat baik. Patut dijadikan contoh, oleh istri – istri senior lain, nantinya. Ketika Naya hendak meninggalkan ruangan dengan membawa bento box miliknya, Wahyu memanggilnya, dan mengatakan untuk makan bersama – sama.

"bu boss... makan disini aja lah, ngapain nyepi disitu, kan kita lagi break" Naya lalu melempar pandangan padaku, dan aku mengangguk.

"sini aja Nay, kita semua mau makan kok" lalu Wahyu bergegas menarik satu kursi lagi kedalam ruangan ini, untuk tempat Naya duduk di sebelahku.

Kami mulai memakan bento box ini, kecuali Callista yang tampak enggan memakan makananya.

"kok gak dimakan? Kenapa? Lagi sakit ya? Kayaknya agak pucet mukanya?" sapa Naya pada Callista.

"mas suruh pulang aja gih, mukanya pucet tuh" ucap Kanaya kepadaku, sontak aku menjadi salah tingkah, dan Callista juga melempar pandangan ke segala arah.

Aku merasakan, pandangan Wahyu dan Stevan kepadaku, dengan tatapan menantikan reaksi apa yang akan kuberikan.

"Callista, kamu kalau kurang sehat gak apa – apa pulang aja" jawabku sambil melihat sekilas kepadanya.

"saya gak apa – apa kok pak, cuma kurang nafsu makan aja" dia lalu memaksakan diri untuk memakan bento box itu.

Aku menggigit salah satu gorengan yang ada didalam bento box ini, bentuknya seperti nugget dan ternyata berisikan udang. Aku reflek langsung menahan tangan Kanaya yang sedang akan menjepit gorengan itu.

"udang sayang.. jangan" aku lalu mengambil gorengan yang ternyata berisikan udang itu, dan menggantinya dengan bola – bola ayam milikku.

"ooh bu boss Naya, alergi udang?" tanya Stevan pada Naya.

"Iya alergi udang" jawab Naya sambil menggigit bola ayam yang tadi ku berikan padanya.

Lalu kami melanjutkan makan siang ini, dengan Naya yang sesekali menimpali obrolan kami semua. Naya memang lawan bicara yang sangat menyenangkan, bahkan dia menjawab pertanyaan Wahyu dan Stevan tentang cara mendapatkan pacar.

"mmm... pak, maaf saya boleh izin pulang duluan? Saya kurang enak badan" tiba – tiba Callista berpamitan pada ku.

"ooh oke, gak apa – apa. kita juga tinggal sedikit lagi" lalu Callista membereskan barang – barangnya, termasuk sebuah tas jinjing yang berisikan beberapa kotak makan.

Selepas dia keluar dari ruangan rapat ini, sebuah pesan masuk ke ponselku.

Callista : thanks for the show!

Aku menghela napas kasar, dan memasukan ponsel ku kembali ke dalam saku celana.

****

Kanaya,

Aku tidak bodoh, tatapan tidak suka perempuan itu sangat jelas kepadaku. Sepertinya dia memiliki ketertarikan pada mas Barra. Bahkan Mirna yang sudah bekerja disini, sejak kami masih berpacaran dulu, tidak pernah menatap ku seperti itu. Dia sangat sopan. Tapi perempuan bernama Callista ini? sejak awal kedatanganku, sudah memandangku tajam dan memindai. Bahkan alisnya berkerut seolah – olah 'ngapain dia disini'.

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang