BERSIAP KEHILANGAN

8.4K 731 31
                                    

Kanaya,

"bentar .. bentar... ini atas dasar apa, lo bilang Barra udah nikah lagi? Karena gue gak denger berita apa – apa disini. kalo soal Barra cerai, itu emang heboh, karena emang mantan laki lo itu kan terkenal ya, akan kegantengan plus ke kalemannya, jadi mayan heboh sih berita kalian cerai itu"

Aku saat ini sedang ber video call dengan Anindya, aku menyandarkan ponselku pada dudukan ponsel sementara aku sambil mondar mandir membersihkan kamar ku. ini hari minggu.

"well, dia pakai cincin di jari manis kanan, Nin, satu – satunya aksesoris yang melekat di badan dia itu cuma jam tangan aja, dia maniak banget kalo jam tangan, tapi yang lain gak pernah. Dia hanya rela pakai perhiasan kalau itu cincin kawin"

"lo salah lihat kali Nay, sekilasan doang"

Aku mendengus kesal, akhirnya kembali duduk dihadapan ponselku sambil menggeret sekeranjang laundry ku, yang belum kulipat rapih setelah di cuci dan keringkan.

"yang pake kaca mata itu mas Barra ya, bukan gue. Jelas banget itu cincin. Dan keberadaan cewe itu disana, undah nge confirmed semuanya kan? Ngapain dia bawa – bawa cewe itu ke tengah keluarga. Kalau emang mereka gak ada apa – apa? dan kenapa harus cewe itu? Kok bukan cewe lain? berarti apa? selama ini gue juga cuma dia bikin halu kan Nin, dengan dia mau pertahanin pernikahan kami?"

"so... for the first time, after almost a year... lo merasa keputusan lo minta cerai akhirnya benar?"

Aku mengangguk, iya, akhirnya aku merasa sedikit lega, ternyata perceraian ku memang benar adanya.

"well.. gue gak punya argumentasi yang lebih kuat sih, tapi kalau lo yakinnya emang begitu, what can I say?".... "anyway, about this Denny guy... how about him?"

Aku tertawa melihat ekspresi wajah Anin yang kepo berat ingin tahu soal mas Denny, kami memang jarang sekali ber video call seperti ini, karena Anin juga sekarang sudah berumah tangga, dan baru saja ikut suaminya pindah ke Solo.

"this Denny guy" aku tertawa mendengar cara Anin menyebut mas Denny "well, he's nice... he's kind.. yah lo tahu lah, tipikal laki – laki yang husband material gitu"

"and your feeling iiiiisss....?" Anin memicingkan mata, ekspresinya jika dia ingin membedah tuntas isi kepala dan hatiku sejak dulu.

"my feeling is.... I don't know yet Nin.." pada Anin aku memang tidak pernah mampu berbohong, seperti dulu aku berusaha berbohong kalau aku tidak senang bukan kepalang di dekati mas Barra, dan dia benar – benar memberondongku dengan argumentasinya, dan berakhir aku mengakui perasaan ku ke mas Barra.

"you don't know yet? Maksudnya gimana ini Nay? Lo jump into a relationship dengan perasaan still don't know yet?"

"I know.. I know... mean banget kan gue?" desahku kesal pada diriku sendiri "terus gue harus gimana? Jujur gue comfort sama mas Denny, gue sayang sama dia, tapi ... cinta... gue masih bimbang"

Anin pun tampak menghela napasnya kesal, sambil dia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa "you'd better figure out soon, honey, really soon... feeling gue aja sih, this Denny guy, gak main – main. Dia pasti ask something from you, like really soon... "

Perkuliahan ku memang akan segera selesai dalam beberapa bulan, karena memang hanya 1 year course. Yang mana, aku akan kembali ke Jakarta lebih dulu dari mas Denny. Kenapa satu tahun terasa cepat sekali berlalu, dan sudah mendekati waktu ku kembali pun, aku masih belum bisa menghapus kegundahan hatiku. Masih berkecamuk seputar pikiran mas Barra yang sudah menikah lagi. Bagaimana jika aku pulang, dan berpapasan dengan mereka berdua? apakah aku sanggup menghadapi dia? Atau aku justru akan lari tunggang langgang dan menangis? Apa aku stay disini saja? Sampai mas Denny juga selesai? Apakah aku ambil keberanian saja untuk memancing nya menikahi ku? cinta akan datang dengan sendirinya kan?

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang