SEMAKIN JAUH DARI GENGGAMAN

7.9K 681 11
                                    

Kanaya,

Beberapa minggu sudah berlalu, sejak aku dan mas Denny resmi berganti status menjadi 'pacaran'. Well, memang status kami saat ini pacaran kan? Mau disebut apa lagi? Bahkan mas Denny setiap hari datang kerumah untuk sekedar menjemput ke kampus, berangkat bareng – bareng, kadang bahkan dia tidak ada kelas tapi memaksakan untuk tetap mengantarku ke kampus. Kami menghabiskan makan malam bersama, walau kadang aku hanya sempat memasak telur dadar saja.

Jujur, mas Denny adalah sosok yang sangat penyayang, husband material, reliable dan lovable. Sebuah paket lengkap, yang dicari setiap wanita dari seorang pria.

Siang ini, aku sedang menikmati makan siangku di kantin kampus, mas Denny dengan sekotak pasta nya dan aku dengan sandwich isi sayuran ku. sebentar lagi, kami akan ada kelas yang bersamaan.

"Den..." tepuk seorang wanita di pundaknya, kami pun menoleh bersamaan ke arahnya. Mas Denny tampak menyapa balik perempuan itu.

"heh.. yang lain mana?" sapanya. Aku penasaran siapa wanita ini "eh iya.. sayang, kenalin teman kantor aku namanya Lira, kebetulan kita se batch yang dapet beasiswa"

"sayang?" gumam perempuan itu seperti heran, kenapa mas Denny memanggil ku sayang. Mas Denny memang selalu memanggil ku sayang, sejak kami memutuskan untuk memiliki hubungan lebih dari sekedar teman.

Aku mengulurkan tanganku, memperkenalkan diriku padanya. "Kanaya.." dan wanita itu tampak sedikit terkesiap mendengar namaku, apakah aku mengenalnya?

"oh.. iya... Lira... wah gak cerita – cerita Den, disini langsung dapet pacar?" lirik wanita bernama Lira itu pada mas Denny, dan mas Denny hanya menyeringai seperti tertangkap basah.

"jodoh kali ya, udah lama ngarep – ngarep, eh ketemu lagi disini. eh anak – anak lain mana?" mas Denny seperti mencari – cari rombongan lainnya. Memang dia sempat bercerita, kalau dia berangkat dengan 5 orang temannya, dan mereka tinggal dalam satu rumah yang sama. Lira menjawab kalau beberapa masih ada kelas, dan dia sudah selesai duluan, bermaksud membeli makan siang untuk dibawa pulang.

Wanita bernama Lira itu akhirnya berpamitan pada kami, walau dia masih dengan tatapan seperti mencurigai sesuatu dariku. Aku pun jadi sedikit resah, apa aku pernah mengenalnya? Tapi dimana? Karena aku tidak pernah ingat.

"kenapa sayang?" suara mas Denny membuyarkan fokus ku yang memperhatikan bahasa tubuh Lira. Aku menggeleng dan tersenyum, lalu mas Denny melanjutkan membahas nanti sepulang kuliah, kami akan berbelanja sebentar di ASDA dan dia minta dimasakan semur daging.

*****

Barra,

Aku sedang tenggelam dalam pekerjaanku, sudah beberapa hari aku tinggal dirumah mami, karena kondisi mami yang masih belum sehat. Beberapa kali Callista menghubungi ku, dia bermaksud menjenguk mami, tapi ku larang, bisa – bisa tensi mami tambah naik.

"tolong pengertiannya, ibu saya sakit, dan kamu tahu penyebab nya adalah kamu. jadi kalau kamu datang, sama saja kamu menambah sakitnya"

Ucapku kala itu di telepon, dia akhirnya bungkam mendengar ucapanku. Entahlah, belakangan dia mudah sekali bungkam dengan kata – kata ku. tidak berapi – api seperti dulu lagi. Sepertinya aku sudah lebih bisa mengendalikan dia, hanya, kapan aku bisa menyadarkan dia, bahwa semua ini adalah mustahil, dan dia agar pergi saja dari hidupku dan hubungan yang delusional ini?

"+447911xxxx : Hi Bar, it's me Lira, masih inget ga? BEM dulu FH"

Aku sempat mengernyitkan dahiku, Lira? Tapi dia menghubungi lewat nomor yang sepertinya dari luar negeri. Tentu aku ingat Lira, dia teman satu BEM ku dulu waktu masih di Fakultas Hukum, kami juga berteman di Instagram dan seingatku, aku mengundang BEM angkatan ku ke pernikahanku dulu.

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang