BERDAMAI

6.3K 591 7
                                    

Barra,

Aku merasa kembali utuh, indah sekali rasanya kembali menyatu dengan Kanaya. Aku tidak henti – hentinya mengucapkan kata cinta padanya. Wajahnya yang merona, ekspresi malu - malu nya, tawa lepasnya, semua itu begitu indah bagiku. I feel home.

Saat ini kami bergelung mesra dibalik selimut, kami tidak keluar untuk sarapan, kami memutuskan untuk menikmati sarapan di kamar saja. Moment seperti ini, tidak ingin ku sia siakan sedetikpun. Kami menyaksikan sebuah film di saluran TV, sambil Kanaya yang mengoleskan selai coklat di rotiku, seperti biasa tangannya selalu lincah menyiapkan menu – menu makan ku.

Aku menerima roti yang sudah dia siapkan, masih ada beberapa menu lain yang tersusun rapih di meja makan. Naya sekarang sedang menyiapkan ku segelas kopi panas. What can be more beautiful than, your wife, the breeze, the sea and breakfest in bed. I am so blessed.

"ini mas kopi nya" dia memberikan ku cangkir kopi, duduk dipinggir tempat tidur, Kanaya hanya menggunakan silk robe yang menutupi lingerie nya. Ya lingerie dari mami akhirnya berfungsi juga. Sebelah tanganku memeluk pinggangnya.

"tiap hari kayak gini asik kali ya, yang?" ucapku sambil membelai lembut pinggangnya.

"iya, terus pardi liat aku naik turun buatin kamu sarapan pakai lingerie gini?" dia tertawa sambil berjalan menuju meja, untuk mengambil beberapa potong croissant dan membawanya ke atas tempat tidur. Aku pun tertawa mendengar perumpamaannya.

Kami sedang menonton Bridget Jones Diary, ini film kesukaan Kanaya yang dia putar berulang – ulang dari yang pertama sampai yang ketiga. Kanaya bersandar manja kepadaku, sambil menikmati croissant nya.

"aku heran deh mas sama mereka" ..

"kenapa?" timpalku sambil mengendusi wangi rambutnya, aku bahkan tidak perduli dengan film itu, aku hanya perduli dengan pemandangan disampingku ini.

"look, they basically can't go anywhere else. No matter how far they go, the keep bumping into eachother again" ... "udah putus kemana – mana aja, balik – balik lagi kan? Jadi sebenarnya bridget for darcy and darcy for bridget" ... "tapi kenapa harus kepisah – pisah berkali – kali gitu ya? padahal in the end ya, bridget sama mark darcy lagi kan?"

Aku tertawa melihat keseriusannya menyaksikan film yang bahkan sudah dia tonton berulang kali ini. sementara aku masih sibuk mendusel – dusel di leher dan rambutnya. Aku menegakan duduk ku dan mengecup pelipisnya.

"itu lah jodoh yang, mau dipisah kayak gimana juga, akhirnya ya sama – sama juga. Kayak kita" aku memeluknya erat dari samping, dan dia tampak tidak perduli tatapannya masih serius ke TV.

"kita?" ucapnya dengan nada bertanya, sambil menoleh kearahku, aku menatapnya lekat – lekat sambil membelai wajahnya.

"iya kita, Barra for Naya and Naya for Barra, mas punya keyakinan ini dari awal lihat kamu. kalau kita gak akan bisa saling menghindari satu sama lain"

"terus di situasi kayak kita sekarang? Ada jurang pemisah diantara kita kan mas?" aku menghela napas mendengar ucapannya.

"ini akan segera berakhir, I promise, kalaupun kamu harus menjauh dari mas, mas yang akan berlari kejar kamu. dulu juga mas yang lari – lari ngejar kamu kan?"

Dia tertawa mendengar ucapanku "itu mas larinya jauh banget lo yang, dari gema sampe ke medis"

Dia pun semakin tergelak mendengarnya "lagian kenapa pake lari – lari segala?"

"ya kalo gak lari, kan gak kekejar kamunya. Orang pas break aja, senior – senior kamu udah pada kasak kusuk, Kanaya tuh Kanaya" aku teringat ketika break makan siang, dan aku nongkrong bersama para BEM dari FE, mereka ribut membahas Kanaya. Saat itu aku mendadak panas telinganya, aku harus bergerak cepat.

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang