MENGAMBIL HATI KANAYA

7.7K 661 7
                                    

Kanaya,

Mas Barra menyetujui permintaan ku, selama dia tidak bisa berpisah dengan Callista, dia tidak berhak mengaturku apapun. Bukan tanpa tujuan aku melakukan ini, aku bukan ingin membalas dendam. Aku ingin menunjukan kepadanya, betapa sulitnya ternyata mengatasi situasi yang sudah dia rusak. Dia harus pasrah melihatku berbuat se enaknya, tanpa bisa memprotes dan mendebat. Dulu dia juga memposisikan ku seperti itu, bersikap semaunya tanpa memberiku ruang untuk memprotes, dan lihat akibatnya? Sekarang aku harus ikut menanggung buah dari perbuatannya.

Dia harus belajar apa itu rasanya tidak didengarkan.

Aku sendiri sebenarnya juga risih berpakaian seperti ini, tapi aku tahu, ini hal yang paling mas Barra tidak sukai. Tatapan garangnya di kolam renang tadi, aku sudah menduga. Aku sebenarnya geram mendengar pengakuannya atas Callista.

Bagaimana bisa, dia berakhir terjebak oleh perempuan sakit jiwa seperti itu. Sekarang dia tidak bisa melepaskan diri darinya begitu saja, sampai harus melibatkan temannya yang bernama Grace itu. Aku memang kenal Grace dia seorang psikolog yang cukup handal, rata – rata client nya adalah remaja yang mengalami traumatik prahara rumah tangga orang tua mereka.

Andai dulu mas Barra mendengarkan ku, untuk membatasi jam kerjanya, bahkan aku sama sekali tidak keberatan mas Barra membawa pulang pekerjaan. Dari pada dia lembur di kantor, dan berakhir ada wanita kelaparan yang menyantap nya seperti itu.

Dan lihatlah dia sekarang menahan kesal setengah mati, bahkan matanya tampak membelalak melihatku mengambil sebuah gaun model tube dress dari salah satu rak pakaian.

"itu baju apa?" desis nya kesal, sambil menatapku tajam. Jangankan tube dress, selama ini lengan bajuku paling pendek adalah sesiku.

"dress buat di pantai lah, kan kita 2 minggu disini, masa aku pakai jaket?" ucapku santai, sambil menimbang – nimbang dua tube dress berwarna merah dan biru. "lucu yang mana?" tanyaku padanya sambil menempelkan keduanya didepan badanku.

"gak dua – duanya" ucapnya sambil membuang muka, aku menahan tawaku melihat expresi wajahnya. Gak enak kan rasanya tidak didengarkan nasihatnya? Aku akhirnya meletakan kembali keduanya, aku juga tidak berani memakai yang seperti itu. Aku beralih ke gaun lain yang berlengan kecil tapi panjangnya sepaha.

"ini aja deh, lucu" ucapku sambil berjalan ke fitting room "ayo dong mas, katanya aku harus sama kamu terus?" ucapku sambil melirik ke arahnya. Biarkan saja dia shock melihat dress yang ku coba ini.

Aku memasuki fitting room, kurang lebih 15 menitan sampai aku beres mengenakan dress ini.

"gimana mas? Lucu kan? Aku mau ini ya?" aku berusaha memasang wajahku se innocent mungkin.

****

Barra,

Sepertinya Kanaya sengaja ingin melakukan hal – hal aku tidak suka, entah apa tujuannya. Apakah dia merajuk? Biarlah selama dia tidak melempar kata cerai lagi. Aku kehilangan hak ku melarangnya apapun, sampai aku bisa memberikannya kejelasan.

Dan dia sekarang berputar – putar didepanku, dengan dress yang memiliki sedikit sekali lengan dan panjangnya hanya sepaha, bahkan rok ini bisa berkibar tertiup angin. Aku stress melihatnya.

"you're not wearing that sweetheart" aku menggeleng sambil bertolak pinggang didepannya.

"oh, I am sweetheart" jawabnya sambil kembali menutup pintu fitting room, dan benar saja dia melenggang ke kasir dan membayar dress itu. Dia lalu melanjutkan jalan – jalannya ke arah lain, melihat – lihat berbagai macam barang. Sepertinya istriku sedang berniat menguras atm ku. Aku tahu sedari tadi dia membeli barang – barang memakai kartu – kartu dariku.

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang