Kanaya,
"jadi sekarang gimana rencana lo, Nay?"
Aku memutuskan untuk membagi kejadian ini dengan Anin, aku belum menceritakan pada orang tuaku. Aku tidak ingin mereka khawatir, cukup sudah rasa khawatir yang ku berikan kepada mereka.
"gue gak tau Nin, gue bingung. Gue jadi kayak merasa, ini gak akan pernah selesai. Mungkin baru bakalan selesai, kalau mas Barra akhirnya nikahin perempuan itu"
"dan lo rela, dia jadi istri kedua Barra? Dan lo pikir, dia bakalan pasrah gitu aja jadi istri kedua? Gak akan Naya"
Aku menghela nafasku gusar
"gue gak akan pernah sanggup dimadu Nin, kalau memang satu – satunya cara supaya semua ini selesai, mas Barra nikahin dia, gue milih mundur Nin"
"lo gila Kanaya, lo gila! Kenapa jadi lo yang harus babak belur gini? ya perempuan itu mau mati biarin aja sih mati!"
Aku mendengar suara klakson mobil, mas Barra sudah pulang. Aku bergegas mengakhiri pembicaraan ku dengan Anin, mas Barra tidak boleh tahu soal ini. aku bergegas turun, menyambut kepulangannya.
Mas Barra menghampiriku, dan mencium kening dan pipi ku. aku mengusap dadanya dengan kedua telapak tanganku, "udah makan, mas?"
Dia menggeleng sambil tersenyum, aku membelai lembut pipinya "mandi dulu ya? aku siapin makan malam"
Dia mengangguk dan berjalan menuju kamar. Sekitar 10 menit kemudian, mas Barra turun kembali, dan duduk dihadapanku, menunggu ku menuangkan nasi dan lauk pauknya diatas piring.
"I baked you brownies" ucapku disela – sela aktifitas makan malam kami. Mas Barra tampak tersenyum.
"lovely, babe. Thank you"
"with Vanilla Ice Cream?" tanyaku lagi sambil tersenyum padanya, senyuman di wajah mas Barra semakin mengembang.
"even better" dia semakin semangat menghabiskan makan malamnya.
Makan malam kami selesai, sekarang kami duduk berdua di ruang keluarga, menonton siaran TV. Mas Barra sedang menikmati hot fudge brownie dan Vanilla Ice Cream nya.
"mas..." panggilku padanya, mas Barra menggumam menanggapi, mulutnya sedang dipenuhi dengan suapan brownie nya.
"kalau ada, yang bisa aku lakuin buat mas?" aku menatapnya dari samping, mas Barra menoleh padaku, lalu memutar tubuhnya untuk menghadapku sepenuhnya.
"kamu hanya perlu tetap disamping mas, itu aja sayang. Mas gak perlu kamu ngapa – ngapain. Hanya tetap bersama mas"
****
Barra,
Dia bertanya apa yang bisa dia lakukan untukku? Tidak ada yang perlu dia lakukan untukku. Aku pulang kerumah dan melihat dia saja sudah membuatku merasa sedikit ringan. Apalagi dia menyambut kepulanganku seperti tadi, membelai ku lembut, menyiapkan makanan ku, membuatkan kue kesukaanku. Sejenak aku melihat dunia kembali indah.
"kamu hanya perlu tetap disamping mas, itu aja sayang. Mas gak perlu kamu ngapa – ngapain. Hanya tetap bersama mas"
Kanaya menatap kedua manik mataku, dia membelai pipiku dengan lembut "tell me, you won't leave me" tatapanku memohon padanya.
"I love you mas" dia lalu mendekatkan wajahnya kepadaku, memulai lebih dulu ciuman mesra kami. Aku pun tak ingin menolaknya, walau dia belum menjawab pertanyaanku. Aku membopongnya kedalam kamar, ingin melanjutkan semuanya didalam kamar kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bulan Untuk Selamanya
RomanceWarning! Adult content 21+ Ketika sebuah rumah tangga, mulai kehilangan arah pernikahannya, akibat obsesi mengejar karir dan perfeksionitas pekerjaan. Kehilangan kesempatan untuk merekatkan hubungan diantara mereka, dan memberi celah masuk bagi peng...