Kanaya,
Keputusan sudah final, keputusan diambil sepihak, tanpa membutuhkan persetujuan kami. Sepertinya papi memang sengaja mengurung kami berdua, selama 1 bulan. Aku benar – benar kesal seperti ini, untuk apa?
Aku sempat berpikiran jelek terhadap papi, apa karena yang memulai berbuat salah adalah anaknya, maka dia upayakan seperti ini? bagaimana kalau yang memulai berselingkuh lebih dulu itu aku? Apa keputusan yang sama akan diambil?
"gak usah suudzon Nay, apa pernah selama ini papi dan mami mu itu berbuat semena – mena sama kamu? siapa tadi yang hancur babak belur? Kamu apa Barra? Apa papi dan mami mu menyalahkan kamu yang juga pada akhirnya ikut – ikutan selingkuh? Harusnya kamu juga dipersalahkan lo Nay?"
Aku sedang berbincang dengan mama di halaman belakang, kami masih berada di rumah mami dan papi ku. Mas Barra juga tampak masih berbincang dengan maminya, sepertinya mami masih bersikukuh tentang sesuatu hal, yang aku tidak mau tahu apa.
"Naya gak sanggup ma, Naya udah gak sanggup sama mas Barra lagi"
"kenapa kamu gak sanggup? Apa... jangan – jangan pacar kamu itu nungguin kamu? jujur sama mama Nay"
"bahkan, aku udah ninggalin dia dari sebelum Naya mergokin mas Barra tidur pelukan dengan perempuan itu. Naya resign gak hanya untuk dampingin mas Barra, tapi juga ngehindarin Denny. Tapi mas Barra apa?"....
"Naya gak sanggup, bayangin harus tidur seranjang, pelukan, ciuman, apalagi berhubungan suami istri. Naya udah gak sanggup lagi jalanin itu semua ma. Naya udah pikirkan semuanya ma, hanya bakalan ada dosa yang bertumpukan, kalau Naya bertahan di pernikahan ini. karena Naya gak akan bisa lagi, jalanin kewajiban Naya sebagai istri"
Tangisku akhirnya kembali luruh, mama mengusap punggungku.
"Nay, hanya 1 bulan. Segala kemungkinan bisa terjadi. Kalau kamu memang ga sanggup jalanin yang semua tadi itu. Ya kamu bilang baik – baik sama Barra. Kalau Barra berani memaksa atau berbuat kasar, kamu dengar sendiri kan tadi papi mami mu bilang apa? segera hubungin mereka. Itu sudah jaminan"....
"kalau kamu sayang sama mama dan papa, tolong Nay... dicoba. Kami disini, hanya berusaha membantu menjaga sebuah pernikahan. Perselingkuhan kalian, karena kecerobohan kalian, kalian lalai menjaga ikatan. Kasih pernikahan kalian kesempatan, hanya 1 bulan Nay, gak lama"
Aku menatap mamaku dengan mata yang berlinangan. Ingin rasanya aku marah, berteriak pada semuanya, kenapa memaksakan ku? Apa lagi yang harus di selamatkan?
"Nay... ayo pamit, sudah sore" mas Barra menghampiriku, mengulurkan tangan, berharap aku menyambut tangannya seperti biasanya kami.
Mama mengangguk padaku, meminta ku untuk mencoba terlebih dahulu. Aku berdiri dan meninggalkan mas Barra, bahkan aku tidak berpamitan pada semua orang dirumah itu. Terserahlah aku dianggap tidak sopan, perbuatan anak mereka jauh lebih tidak beradab.
****
Barra,
Mami hanya berpesan padaku, apapun yang Naya lakukan, bersabarlah. Kesalahan ku adalah, kesalahan yang sulit dimaafkan oleh siapapun. Mami juga berkata, kalau mami jadi Naya, mami juga tidak akan sanggup bertahan sampai 2 tahun.
"kalau pada akhirnya keputusan Naya tetap bercerai, ya kamu harus relakan" ucapan mami ku benar – benar membuatku terperangah. Bukankah mereka sengaja mengkarantina kami, untuk menyatukan kami kembali?
"kenapa mami jadi ngedukung Naya untuk minta cerai sih mi? Iya Barra salah, tapi cerai bukan jalan keluarnya mi, Barra rela lakuin apa aja, Barra akan kasih semua yang dia minta, kecuali satu, cerai, itu aja yang gak akan Barra turutin"
![](https://img.wattpad.com/cover/235762672-288-k284574.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bulan Untuk Selamanya
RomanceWarning! Adult content 21+ Ketika sebuah rumah tangga, mulai kehilangan arah pernikahannya, akibat obsesi mengejar karir dan perfeksionitas pekerjaan. Kehilangan kesempatan untuk merekatkan hubungan diantara mereka, dan memberi celah masuk bagi peng...