BERDAMAI = HASIL YANG BAIK?

7.8K 701 9
                                    

Kanaya,

Semuanya semakin tidak karuan, apa susahnya meninggalkan perempuan itu, kalau meninggalkan ku dalam dinginnya sepi aja mas Barra bisa dengan mudahnya melakukan?

Apa tadi katanya? Butuh duduk bersama dan menjelaskan semuanya? Kurang jelas apa lagi tadi? Semua sudah jelas didepan mataku.

Didepanku saja dia gak sanggup ninggalin perempuan itu, apalagi di belakang ku?

"atau mungkin memang lo harus kasih Barra waktu untuk bicara semua sama lo. Tanpa lo lawan, tanpa lo bantah, let him talk. Setelah itu lo bisa analisa sendiri kan Nay?"

Aku sedang dalam sambungan telepon dengan Anindya, bahkan karena masalah rumah tanggaku ini, aku sampai tidak bisa membantunya mempersiapkan pernikahannya. Anin yang terlibat cinta lokasi dengan salah satu teman kakak nya. Waktu ku tanya, bagaimana bisa? Jawabannya, 'habisan dia tiap weekend main mulu kerumah gue, ya lama – lama jatuh cinta deh gue' se simple itu.

"emang apa lagi yang mau di bicarain sih Nin, semua udah jelas kan? Didepan gue lo Nin, dia gak sanggup mutusin cewe itu? Depan gue!" aku menegaskan kembali ucapanku pada Anin.

"ya justru itu Nay, seperti lo bilang, apa lagi? Ya gue juga gak tau, lo juga gak tau apa lagi? Karena lo gak biarin Barra bicara" ... "gak ada salahnya Nay kasih kesempatan dia bicara, mungkin dengan begitu, ada hal – hal lain yang bisa lo tahu, hal – hal lain yang bisa lo jadikan bahan pertimbangan" ....

"kalau semisal nih ya Nay, pada akhirnya lo tetap cerai sama Barra, setidaknya semua clear. Gak ada tanya yang belum terjawab. Lo dengan asumsi lo sendiri kan ini sekarang, kalau Barra gak bisa putusin perempuan itu karena Barra cinta sama dia? Gimana kalau ternyata, Barra gak bisa putusin dia, karena perempuan itu ngancam Barra sesuatu? Bunuh diri misalnya? Lo tahu kan, laki – laki paling takut sama ancaman perempuan yang suka gak masuk akal, tapi gak sedikit juga perempuan yang berani nekat, demi caper sama laki – laki?"

"gue cuma gak mau Nay, selepas lo cerai nanti. Ada hal – hal yang baru terungkap belakangan, yang ternyata nih, kalau lo tahu dari awal – awal, pernikahan lo tetap bisa di pertahankan. Gue yakin, lo juga gak mau pernikahan lo hancur gitu aja kan?"

"Tapi Nin...."

"ssshhh... Naya that I know, adalah orang yang bijak, yang kepala dingin melihat masalah. Gue gak minta lo lakukan apa yang gue bilang sekarang, tapi setidaknya, berhenti mojokin Barra juga, coba ciptakan suasana damai diantara lo berdua, rekonsiliasi dulu lah, jangan hawa – hawa lempar – lemparan piring terus gini. supaya kalian akan ketemu di titik, dimana kalian bisa duduk sama – sama, bahas tuntas semuanya, berpisahlah baik – baik. Tapi kalau kalian tetap satu akhirnya, ya bersatu lah dengan keadaan yang clear, gak ada ganjelan dan bener – bener saling maafin"

Aku merenungi ucapan Anin, berdamai? Aku harus berdamai dengan mas Barra, agar hati dan pikiranku bisa menerima niat mas Barra untuk berbicara. Aku selama ini memang tidak memberikan mas Barra kesempatan sedikitpun untuk menjelaskan permasalahnya. Aku bangkit dari tempat tidurku, mencari – cari pakaian yang akan gu gunakan, aku berganti pakaian yang sedikit rapih.

Aku teringat, masih banyak barang – barang peribadi ku yang masih tertinggal di kantor. Memang masa non aktif ku belum jatuh tempo, tapi aku ingin merapihkan sisa barang ku sekarang saja dan ada beberapa berkas clearance exit yang harus ku tanda tangani.

Aku keluar dari kamar mandi sudah berpakaian rapih, mas Barra baru masuk ke dalam kamar kami, sepertinya dia baru bangun. Bahkan sampai pagi ini, aku masih enggan kembali melayaninya makan dan lain-lainnya.

"mau kemana yang?"

Satu yang tidak pernah berubah dari mas Barra, dia tetap memanggil ku dengan panggilan yang sama 'Sayang'.

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang