DIKUASAI

5.6K 519 85
                                    

Barra,

Kehidupan rumit yang kuciptakan sendiri. Kaki ku sekarang bagai terikat di kedua sisinya, satu terikat pernikahan dan satu terikat perselingkuhan. Kanaya mengikat ku dengan caranya yang tenang, menghanyutkan. Callista mengikatku dengan tuntutan, paksaan, namun agresifitas sikapnya yang menggoda.

Hubungan ku dengan Kanaya menjadi pasang surut. Sebentar aku mendedikasikan diri sebagai suami, sebentar aku menghilang. Tapi Kanaya sama sekali tidak pernah memprotes ke absenan ku lagi. Bahkan belakangan dia selalu berangkat kerja dengan ceria.

Callista? Dia semakin menjadi peribadi yang penuntut, selalu berusaha memonopoli ku di kantor. Seperti kejadian hari itu, dimana Kanaya tiba – tiba datang ke kantor di pukul 8 malam. Memang aku yang memintanya datang, karena mobilnya ternyata harus menginap di bengkel, dan mobilku ada padanya.

"aku jam 8 nanti pulang, di jemput Naya" aku memberitahu Callista.

"kenapa dijemput dia?" tanyanya ketus

"mobilku ada sama dia" jawabku sambil buru – buru memilah dokumen mana yang harus ku bawa pulang nanti, sekarang sudah pukul 12 siang, aku baru sampai kantor.

"jadi tadi pagi kamu urusin mobil dia dulu? Sampai gak makan sarapan dari aku?"

Aku menatap Callista dengan alis berkerut, apa maksud wanita ini?

"aku gak boleh urusin istri aku?" tanyaku padanya dengan nada tidak suka.

"ta, dia istri aku, tanggung jawab aku, bahkan gara – gara kamu silent hp aku semalam, aku lalai jemput dia dikantor, padahal mobilnya mogok, dan semalam banjir dimana – mana"

"terus yang tanggung jawab sama perasaan aku siapa?" dia meninggikan nada bicaranya.

"Callista! What do you expect? Aku nelantarin istri aku demi kamu? Oke, aku udah jalanin kesepakatan kita, dikantor aku sama kamu. Tapi bukan berarti istriku gak berhak hubungin aku"..... "dan kamu tahu, aku paling gak suka perempuan suka nuntut kayak gini"

"ooh.. Kanaya gak suka nuntut ya? Itu maksud kamu?" dia bersedekap menatapku menantang.

"that's why I marry her"

"Callista, I've got lots work to do, i have no time for this ya. Aku sudah kasih tahu kamu, nanti akan ada Kanaya datang. End of discussion" aku menatapnya dengan tatapan tidak ingin dibantah, dia berjalan mendekatiku, tangannya terjulur mengusap kedua lenganku.

"maaf mas, aku cuma... cemburu... aku juga butuh kamu" ucapnya dengan nada yang seketika lembut.

"and she needs me more ta, aku lebih banyak habisin waktu di kantor, means itu sama kamu. We've discussed about this, kami gak akan pernah bercerai. Kita juga harus pikirkan lagi hubungan kita ini ta"

"kamu gak sayang sama aku?" tatapnya dengan mata berkaca – kaca, shit! Kenapa aku harus terjerat seperti ini.

Ketukan pintu menyelamatkan ku dari pembicaraan ini, Mirna mengingatkan ku bahwa tamuku sudah datang.

Aku menghindari Callista seharian, aku tidak mau terjebak situasi dan Kanaya datang tiba – tiba.

Sampai akhirnya Kanaya datang pukul 8 kurang, dia menungguku selesai membereskan dokumen sampai kurang lebih 30 menit. Dan kami berjalan beriringan menuju mobil. Dan semua itu tak lepas dari tatapan Callista.

****

Callista tetaplah Callista, dia memang punya berbagai cara untuk menjerat ku. Harus aku akui, dia adalah godaan berat semua pria. Aku kembali ke aktifitas bekerja ku. Dan Callista kembali dengan buaian – buaian kasih sayangnya padaku.

Satu Bulan Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang