36. Closest

378 54 22
                                    

'Ketika dia yang selalu menanyakan perihal cinta, aku hanya bisa tersenyum, karena sebenarnya rasa itu ada padanya, sudah sejak lama'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Ketika dia yang selalu menanyakan perihal cinta, aku hanya bisa tersenyum, karena sebenarnya rasa itu ada padanya, sudah sejak lama'

-Zhong Chenle.

__________________________________

Ketika sosok yang selalu ada tiba-tiba menghilang dan saat itu juga kita hancur tanpanya, maka jangan tanyakan seberapa pentingnya dia bagi hidupmu.



Aku meremas kepalaku kasar, suara deringan telefon membuayarkan pikiranku. Pikiran yang masih tertuju untuk Na Jaemin.

Aku mengambil benda tipis itu, menatap lamar-lamat nama kontak yang menelfonku.

"Hallo"

Saera! sebenarnya kamu dimana?! kamu sudah terlalu lama tidak pulang, kenapa gak ngabarin Papa, Mama sih? Saera.

Aku menghembuskan nafas pelan.

"Papa khawatir?" tanyaku tersenyum tipis.

Kenapa harus ditanyakan! sudah cepat pulang.

Aku meremas kepalaku lagi, jika khawatir? kenapa Papa dan Mama tidak kesini? mereka tak pernah mengerti.

"Untuk?"

Kudengar suara helaan nafas dari Papa, aku tahu... mungkin saat ini mereka kesal denganku, tapi sejauh kuberpikir, Papa dan Mama memang tak pernah mengerti diriku.

Dan pesan untuk beberapa terakhir ini adalah tentang perjodohan, perjodohan dan ancaman untuk keluar dari rumah.

Oke, aku sudah memutuskan tidak kembali kerumah, anggap saja aku sudah keluar rumah dan menolak perjodohan itu.

Aku cinta Jaemin, biar bagaimanapun dia tetap lelaki yang begitu kusayang. Dia adalah satu-satunya lelaki yang pernah membuatku tersenyum senang, melihat warna dunia dan kasih sayang.

Namun satu hal yang masih membuatku stress hingga kini, dia bukan milikku. Ah tidak, Na Jaemin is mine.

SAERA!

Aku mengerjap, aku terlamun sejenak, menatap benda tipis yang kugenggam. Aku tertunduk dengan cepat, kenapa? kenapa semua terjadi begitu cepat.

Ada yang perlu Papa bicarakan, pulang atau semua fasilitas yang Papa kasih akan Papa ambil.

Suara itu membuatku tersenyum kecil, begitukah cara Papa membujuk seorang puteri sematawayangnya untuk pulang?

"Tidak Pa, Saera tidak ingin pulang..." ucapku teesenyum gitir.

SAERA! BERANI KAMU SAMA PAPA, UDAH MAU NGELAWAN? INGAT YA SEHARUSNYA KAMU BERUNTUNG SUDAH SAYA—

Aku mematikan sambungan telfon itu cepat, Papa sudah mengubah nada bicaranya, aku tidak tahan dengan bentakkan.

MINE || Na Jaemin (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang