40. A cunning

321 44 25
                                    

'Ketika sebuah kebenaran terkalahkan oleh sebuah permainan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Ketika sebuah kebenaran terkalahkan oleh sebuah permainan.'



Aku mengusap wajahku dengan tissue pelan. Tadi Jisung menenangkanku, dia juga meminta maaf bahkan memintaku untuk berhenti menangis.

Namun saat itu aku memilih pergi kesini, kekamar mandi untuk mencuci wajah. Make up ku luntur begitu saja. Aku tidak peduli lagi.

Saat ini ada acara bedansa, aku memilih menghindarinya. Aku tak tahan jika melihat Na Jaemin berdansa dengan Hwamin, pasti rasanya lebih menyakitkan.

Aku mengusap wajahku lagi, menatap wajahku didepan pantulan cermin besar, aku sedikit membaik.

Aku tersenyum tipis, air mataku tergenang begitu cepat, kulihat semua kisah hidupku sudah terlalu jauh, rumit dan menyakitkan.

Aku yang merasa tersakiti dan mereka yang kusakiti, ini lebih buruk dari apapun.

Terlebih seseorang yang dulu selalu ada sudah bukan milikku lagi, aku berusaha mengakui kebenaran ini. Tapi sejauh aku menyadari, rasa cinta untuk seseorang itu semakin bertambah terlebih mengingat semua kejadian yang kulalui begitu indah dan berakhir semenyakitkan ini.

Kapan hidupku akan berwarna dan memiliki cahaya lagi?

Aku tertunduk, menatap high heels yang kupakai. Lalu menghela nafas kasar, melangkahkan kakiku pelan keluar dari toilet ini.

Aku melangkahkan kaki untuk pergi keruang dimana pesta megah itu digelar. Ya aku berusaha masuk.

Hm acara dansa sudah selesai kah? sepertinya sudah.

Rasanya ini begitu sepi bagiku, kulihat beberapa orang tertawa dan tersenyum lebar disini. Aku sangat yakin, jika kesedihan hanya memihak untukku saat ini.

Chenle sedang berada ditengah gadis-gadis yang ingin menginginkan perhatiannya. Hyera dan Mark yang sibuk bercegkrama dengan murid lain. Renjun Haechan pun begitu.

Aku mendudukkan diriku dikursi, menghembuskan nafas kasar untuk kesekian kalinya.

Oh tuhan, aku rindu sebuah kebahagiaan yang hangat, berwarna juga bermakna.

"Saera!" Jeno duduk disebelahku, kulihat kerah baju Jeno terbuka sangat lebar.

Sexy.

Lelaki itu merangkulku cepat, wajahnya tampak berseri-seri.

"Diem aja? udah puas ngobrol sama Jisung? nangis atau ngakak? jawab sayang... gue lagi gak bisa main tebak-tebakan" ucap Jeno mengacak rambutku.

Aku menghela nafas kasar, "Maaf" ucapku pelan.

"Hah? bilang apa lo barusan? maaf?" Jeno tertawa dan menarik daguku hingga kami sekarang bertatapan.

Aku melihat eyesmile nya, tawa yang membuat nafasku sesak.

MINE || Na Jaemin (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang