Happy reading,,,,
Jenazah Renata di bawa ke rumahnya untuk di adakan pemakaman. Tara selalu berada di samping neneknya itu. Tanpa air mata.
Althan tahu Tara sangat terpukul. Ia baru mendengar cerita nya dari Lusi.
Althan memberikan sebuah sapu tangan untuk Tara namun enggan ia menerimanya.
"Ra, udah nenek gak bakal tenang kalau lo begini," ujar Althan lembut.
"Ara sayang sama nenek," lirih Tara dengan sangat lemah.
Althan hendak memegang bahu Tara namun saat ia sudah menyentuh nya, Tara jatuh tak sadarkan diri di samping neneknya.
Orang-orang panik terutama Althan, ia segera membawa Tara ke salah satu kamar di rumah itu.
****
Tara sedari tadi sudah sadar dari pingsannya, ia melihat sekitar nya ternyata matahari sudah tenggelam dan digantikan oleh bulan purnama yang sangat terang.
Ia teringat lagi dengan nenek nya, nenek nya pernah bilang waktu ia kecil bahwa jika ada anak kecil yang keluar saat bulan purnama nanti ada yang menculik nya dan akan dimakan oleh monster besar penunggu sang bulan.
Entah dari mana neneknya itu mendapatkan cerita seperti itu. Namun cerita itu lah yang menakutkan bagi Tara kecil yang suka keluar malam pada saat kecil.
"Ra, lo gak apa-apa?" tanya Althan yang sudah masuk ke dalam kamar itu.
Tara mengangguk kecil, "gue mau cari angin segar dulu!" ucapnya dengan suara serak.
Althan hanya diam terpaku melihat kondisi Tara, rambut acak-acakan dan mata yang sembab serta wajah yang pucat.
Althan tahu saat di depan orang banyak, Tara tidak menunjukkan tangisannya. Gadis itu tidak mau menunjukkan bahwa ia terlalu rapuh.
Tara berjalan-jalan di sekeliling taman yang neneknya sering datangi. Bulan nampak bersinar terang diatas sana juga angin yang berhembus kencang. Tara benar-benar lemah sekarang.
"Pakai Ra, disini dingin banget!" Althan datang menyelipkan sebuah jaket di bahu Tara.
Tara menatap Althan.
"Ngapain lo disini?" tanya nya tanpa ekspresi.
"Ya nemenin lo. Lo itu tunangan gue Ra, suka gak suka ya itu fakta nya!" sahut Althan.
"Gue bilang gue mau sendiri Al, ngerti gak sih!"
Althan mengambil kedua tangan Tara. Memegangnya dan menyalurkan kehangatan. Althan tersenyum manis.
"Ra, kalau lo gak kuat jangan dipaksa kuat Ra. Karena pada akhir nya lo yang akan selalu terluka. Mengekspresikan diri bukan berarti lo lemah. Lo itu cewek terkuat yang pernah gue temuin, jadi jangan menganggap kalau lo sendiri, gue ada disini Ra buat lo!" ujar Althan sangat lembut.
Mendengar perkataan Althan, Tara tak sanggup lagi menahan buliran air mata yang menerobos untuk keluar.
Tara menangis sejadi-jadinya, Althan memeluk Tara dan mengusap punggung gadis itu agar sedikit lebih tenang.
"Nenek bakal selalu bangga sama kamu Ra, kamu cucu nya yang paling kuat!" ucap Althan memberi semangat.
Malam semakin larut, Tara tertidur dalam dekapan Althan. Althan membawa nya pulang ke rumah.
****
Pagi ini Tara bangun dengan mata yang sembab, ia ingat tadi malam telah menangis dalam dekapan Althan.
Ia melirik di atas nakas ada sebuah buku yang lumayan usang. Buku tersebut bertuliskan Renata's diary.
Dan terdapat secarik kertas di atasnya.
'Ara, sebelum nenek meninggal beliau pernah berpesan pada mama nak untuk kasih buku ini sama kamu. Mungkin ini waktu nya kamu baca isi buku itu.'
Tara membuka buku itu, terdapat polaroid gambar seorang gadis cilik yang tersenyum memakan gula-gula kapas yang ia beli. Gadis itu adalah Tara kecil.
Tara terus membaca isi buku itu yang memang tentang hari-hari sang nenek yang kesepian. Tara semakin bersalah pada neneknya. Saat ia ingin menutup buku nya, secarik kertas jatuh dari dalam buku itu.
Tara membuka nya dan mulai membaca nya.
Dear Ara, cucu nenek yang paling cantik.
Mungkin kalau Ara baca surat ini nenek sudah beda alam sama Tara. Tapi percayalah nenek selalu ada di dalam hati Ara.
Kalau nenek di beri permintaan nenek mau agar Ara kembali menjadi Ara yang dulu. Ara yang ceria, Ara cucu nenek yang paling cerah.
Nenek mau Ara menjalani kehidupan yang harus nya dijalani oleh anak remaja lain. Nenek mau Ara selalu tersenyum.
Ara ingat gak nenek pernah bilang kalau Ara mirip bunga matahari?
Nenek mau Ara selalu menjadi bunga matahari, kalau bisa Ara melebihi bunga matahari.
Ara jangan merasa bersalah sama nenek. Yang terjadi sama nenek sudah kehendak pencipta nak.
Ara jadi anak baik ya, nurut sama papa dan mama. Jangan buat mereka khawatir sama Ara. Nenek yakin Ara pasti bisa melewati semua ini.
Tetap tersenyum dan jadi Ara yang nenek kenal ya
Sampai jumpa, nenek selalu sayang Ara
Love,
Orang yang mencintai mu.
Setetes air mata kembali merosot dari mata indah nan sayu itu.
Tara tak kuat lagi menahan semua nya. Ia tidak bisa terus menerus menyembunyikan air mata nya itu.
"Ara juga sayang banget sama nenek, Ara bakal berusaha buat ikhlasin nenek," ucap Tara sambil memeluk surat dari nenek nya.
****
Sabar ya Tara, author lagi pengen kamu nangis terus sampai tercipta danau wkwk.
Habis ini gak ada melow-melowan lagi kok
Semoga part ini gak mengecewakan yaa
Jangan lupa terus sukai ALTAR dan support ALTAR yaa
Dan jangan lupa juga buat vote
SEE YOU NEXT PART READERS
Salam cinta,,,,
Linaayaa_
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAR
Teen Fiction"Gue itu butuh elo! Seperti jantung yang butuh detaknya!" - Althan Benedict Lirand ......... Primadona SMA Nusa Bakti,,, Orang terganteng,,, Terkaya,, Terjahil,, Ter,,,,, Errrr Ketemu dengan si beruang betina adalah masalah bagi nya. N...