Dunia

348 46 3
                                    

Sembilan jiwa Titan itu memiliki nama masing-masing. Termasuk Titan yang akan diwarisi oleh mu. Titan itu, dalam era manapun, dia akan terus bergerak maju dan mencari kebebasan. Dia bertarung demi kebebasan. Namanya adalah,

"Attack Titan..."

Ucap sebuah suara lembut secara tiba-tiba. Si remaja dengan helai cokelat bersender ke dinding batu sel dimana dia ditahan. Setelah Pasukan Pengintai pulang, Mikasa dan Eren segera diberikan hukuman atas tindakan mereka melawan atasan. Keduanya sudah dikurung di dalam sel kurungan bawah tanah selama lebih dari 10 hari.

"Apa yang kamu lakukan?" Celutuk seseorang setelahnya. Hange menatapi tingkah Eren tadi dengan mimik bingung tertempel di mukanya. Dia bersama dengan Levi dan Armin berdiri di depan pagar besi jeruji hendak menjemput kedua pasang perjaka dan gadis, namun malah disahut dengan keherenan.

Perlahan Eren dengan manik hijaunya memutar dan memandangi ketiga sosok tersebut dengan ekspresi teringa-inga. "Attack Titan... Kamu melakukan itu, kan tadi!?" Titah Hange sembari mengulangi perkataan begitu juga pose yang dilakukan oleh si remaja semenit lalu.

Beberapa hari setelah mencapai ruang bawah tanah dan membaca buku yang dimiliki ayahnya, dia selalu saja mengingaukan hal yang tak masuk akal. Atau memiliki mimpi buruk yang dikatakannya sebagai ingatan ayahnya yang ia dapati melalui kekuatan Titannya.

"Itu, tidak..." Respon perjaka Brunette itu setengah-tengah tak kunjung punya mufakat. Sementara si Ilmuwan Gila heboh dengan sikap bocah-bocah onar, Levi mulai membukakan gembok pintu sel Eren.

"Dia bilang begitu, kan!? Kalian melihatnya juga, kan!?" Sorak Hange pada yang lainnya. "Ya..." Armin menjawabnya dengan lesuh.

"Lihatlah! Apa yang tadi kamu lakukan, Eren!?" Hange terus memerasnya, tetapi hanya satu kata itu terus yang si bocah Titan katakan, Tidak. "Itu adalah nama Titan dari ayahmu, kan? Kenapa kamu bicara sendiri saat tidak ada orang yang berbicara!?"

"Sudahlah, Hange. Dia baru berumur 15 tahun, semuanya mengalami fase seperti itu." Tukas Levi menyangkal si Maniak Kurang Waras. "Ha!? Fase apa yang kamu maksud?"

Mendengar kegaduhan dan bising ribut ini secara mendadak membuat otak Eren pening dan emosinya tak bisa dikontrol. Dia hanya ingin ketenangan untuk sesaat saja. Eren mulai menggaruk kepalanya dengan kesal.

"Hange-san, nanti akan saya jelaskan. Jadi jangan begitu di depannya..." Pelas Armin mencoba memahamkan Komandan baru itu terhadap kondisi mental sahabatnya yang tidak stabil. Tetapi seperti biasa, perempuan yang tak habis rasa penasaran itu tetap kekeh bertanya dan mengusik.

"Kenapa kalian ada disini lagian?!!!" Bentak Eren akhirnya, sudah tidak tahan lagi dengan suara-suara berisik orang-orang disekitarnya. Ingin segera mematikan bunyi yang ditelinganya terdengar seperti lalat menyebalkan yang hinggap dan tak mau pergi.

Pada saat itu juga Levi selesai melepas gembok sel yang mengurungnya. "Keluarlah." Suruhnya pada sang perjaka. "Tapi, hukumannya masih ada 10 hari lagi." Celutuk Eren balik. "Sudah selesai. Hange sudah memberimu hukuman yang setara dengan 10 hari." Balas pria bersurai hitam pekat.

"Karena Jenderal Zackly sudah tahu, tenang saja. Selain itu jika kita memenjarakan Pahlawan yang mengalahkan Armored Titan dan Collosal Titan, itu malah akan memberikan contoh yang tidak baik, kan?" Sambung Hange menanggapi, membawa dirinya untuk menyenderkan diri terhadap dinding bawah tanah yang hanya diterangi oleh cahaya api obor yang berkobar redup.

Armin pun diberikan kunci oleh Levi dan sontak membebaskan Mikasa yang dipenjarakan disebelah sel Eren. Gadis itu lalu keluar di dalam kondisi yang lumayan lusuh dari biasanya. "Bukannya tubuhmu kurusan? Padahal kamu sudah cukup makan." Eren bertutur setelahnya terhadap perawakan Mikasa sekarang.

MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang