Masihlah Picik

100 11 0
                                    

Pagi hari, Rika berencana mengirimkan paket yang semalam dia kemas ke kantor pos. Namun, tidak disangka, Rachel dan Rena juga ikut berangkat bersamanya. Katanya mereka mau mengirimkan surat untuk orang tuanya Rena di Distrik Utopia, sekalian barengan saja ke sana.

Mereka juga menanyakan alasan Rika mengirim paket itu, Rika pun menjelaskan pada keduanya. Rachel kemudian jadi penasaran tentang kerabat Rika yang berada di Karanes dan meminta supaya Rika menceritakannya. Rika memberi tahu mereka sedikit tentang Bibi Marion, William, dan Mia kepada dua gadis yang menyimaknya, mata berbinar rasa ingin tahu, terutama Rachel.

Ketika sampai di kantor pos, Rika dan dua gadis remaja itu langsung mengurus paket dan surat mereka agar bisa diproses lebih cepat oleh petugas kantor pos. Setelah menyelesaikan urusan itu, ketiganya langsung pulang balik ke markas.

Rachel dan Rena berpisah dengan Rika untuk mengerjakan tugas harian mereka di markas. Rika yang ditinggal sendiri di lorong, mengingat-mengingat agenda-nya hari itu dan karena tidak punya dia memutuskan untuk mengunjungi Eren di penjara lagi. Ada yang dia ingin omongkan dengannya.

****

"Kamu ngapain? Berbicara sendiri dengan cermin sambil mengatakan bertarunglah?"
Hange menanyakan. Dia mengamati sosok laki-laki muda yang berdiri di balik sel penjara bawah tanah markas. Menatap bayangannya sendiri pada cermin wastafel penjara. Cara memandang laki-laki brunette itu dingin dan mengintimidasi. 

"Bertarung dengan siapa? Kamu mengatakan 'bertarunglah-bertarunglah' dua kali. Apa itu maksudnya pertarungan kedua begitu?" lanjut sang komandan Pasukan Pengintai itu kepadanya. Masih penasaran terhadap perilaku aneh Eren sebelumnya. Eren tetap diam dan tidak menyahutnya, dia bahkan tidak mau melirik ke arah Hange.

"Diam takkan membuatku mengerti tahu. Umumnya orang tidak berperilaku seperti itu. Aku sih tidak pernah berbicara dengan refleksiku di depan cermin."

Sunyi lagi. Hange pun menghirup napas dalam-dalam melalui hidungnya, menyerah dengan ketidaksediaan lawan bicaranya. Dia mencoba mengganti topiknya ke direksi yang lebih ringan.

Dia mulai dari memuji setelan rambut baru Eren. Perjaka itu sudah memotongnya yang semula gondrong jadi sepanjang bahunya dan facial hair-nya juga sudah di cukur bersih. "Aku suka dengan model rambut barumu itu. Keren dan cocok untukmu! Memang terkesan agak berantakan, tapi aku dapat melihat usahamu untuk membuatnya kelihatan kasua—"

"Kenapa anda datang kemari!?"

Bentakan keras Eren begitu mengejutkan Hange, sebenarnya dia agak takut menanggapi Bocah Titan itu; sebab anak itu emosinya suka meledak tiba-tiba. Hange kira Eren sudah mulai dewasa setelah menginjak umur 19 tahun, ternyata masih labil-labil saja. Namun si komandan perempuan terus berusaha untuk bersikap kalem dan mendinginkan kepala.

"Untuk apa? Aku kemari supaya bisa berbicara denganmu." Hange berkata dalam nada tenang. "Kita pernah menghabiskan waktu semalaman membahas soal Titan saat pertama kali kita bertemu, bukan? Kamu mendengarkan aku mengoceh berjam-jam lamanya..."

"... Kita memang belum menemukan jalan lain. Iya, kedudukan Zeke akan segera berakhir dan Marley akan menyerang Paradis lebih cepat dari yang kita duga. Kami sama gelisahnya sepertimu, namun aku tidak mengerti alasan kamu bertindak sendiri dan membahayakan pulau. Apa kamu sudah tidak sepeduli itu dengan keselamatan Historia?"

"Aku memakan War Hammer Titan. Kekuatan Titan ini membiarkan penggunanya memanipulasi teknik pengerasan dari bawah tanah dan menciptakan yang dia mau sesuka hati." kata Eren.

Matanya seketika menodong tajam dan perlahan ia berjalan ke depan hingga dirinya hadap-hadapan dengan wanita berkacamata itu, hanya jeruji besi yang membatasi mereka. "Intinya, sedalam atau sekuat apa pun kurunganku, percuma saja. Aku bisa pergi dari sini kapan pun aku mau."

MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang