Gelap Gulita

125 13 0
                                    

Kapal balon udara itu mendarat di pelabuhan pulau. Tidak lama, beberapa prajurit keluar dari dalamnnya sambil menggotong sebuah tandu yang mengangkat jenazah si gadis yang telah kaku dan dingin, lalu mereka pelan-pelan meletaknya di atas rerumputan.

Teman-temannya Sasha langsung mengelilingi si gadis, masih berkabung oleh kepergiannya yang sama sekali tidak disangka, kecuali Eren, yang sudah dibawa pergi dengan Zeke menuju penjara bawah tanah.

Sorot hitam legam Rika jatuh pada jasad si gadis kentang. Memandangnya lama sambil mengenang momen bersama dengan Sasha yang kini terselimuti oleh filter abu-abu.

Diam-diam Rika selalu punya soft spot untuk Sasha, semenjak masa-masa dia mengawasi anak-anak muda ini di tempat pelatihan kadet kelakuan konyol gadis itu bisa-bisanya membikin Rika tergelak puas untuk sekian lamanya. Dan sangatlah perih mengetahui kalau ini adalah terakhir kalinya dia bisa melihat wajahnya.

Rika lalu menoleh kepada Hange yang berdiri di sampingnya dan berbisik di dekat telinganya. "Hange... perintahmu?"

Hange tidak memalingkan wajahnya tetap terpaku pada Sasha. Kedua tangannya dia kepal di sisinya, matanya sembab berusaha supaya menahan air mata. Dengan lemas perempuan itu bersuara, "Bilang ke yang lainnya untuk menyiapkan pemakaman Sasha dan tujuh rekan kita yang tewas. Setelahnya kita akan lanjutkan rencana pemindahan Zeke."

Rika pun menyetujuinya. "Lalu, gimana dengan dua anak itu? Apa sebaiknya kita—"

"Masukkan mereka ke penjara. Kita tidak akan membunuh anak-anak." Hange menjawab spontan dengan nada tegas.

Rika terdiam sesaat, tertegun karena gertakan si perempuan berkacamata. Dia agak terkejut bagaimana Hange bisa membaca pikirannya tadi, tetapi di akhirnya Rika mengerti dan melaksanakan perintah Hange itu.

Siangnya, pemakaman Sasha dan ketujuh prajurit lainnya pun dilakukan. Seluruh prajurit dari Pasukan Pengintai, Pasukan Penjaga Dinding, dan Polisi Militer berkumpul untuk menyaksikan penguburan kedelapannya. Banyak yang menangis siang itu, termasuk Rachel dan Rena. Mereka berdua sudah menjadi sangat akrab dengan Sasha. Bagi Rachel, dia menganggap Sasha seperti kakak perempuan yang tidak pernah ia punyai. Keduanya begitu terpukul dengan kematian senior kesayangan mereka itu.

Tidak jauh di belakang kedua gadis tersebut, ada Claire, Jean dan Connie.

"Maafkan aku, Jean... Tidak ada yang bisa lakukan untuknya." Claire berucap dengan mata yang berkaca-kaca. Di dalam hatinya dia terus merasa bersalah karena dia tidak bisa menyelamatkan Sasha.

'Bagaimana ini bisa terjadi?' Claire berpikir. Bagaimana anak-anak itu bisa naik ke kapal? Andai saja, andai saja pelurunya tidak mengenai aorta perut Sasha, jika saja Claire mengetahui cara menangani lukanya. Mungkin saja Sasha bisa diselamatkan.

Tiba-tiba Claire bisa merasakan tangan Jean merangkul pundak Claire dan membawa Claire lebih dekat ke sisinya. "Jangan salahkan dirimu. Kamu sudah berusaha semampumu untuk menyelamatkannya." Air mata tidak bisa tertahan lagi oleh si gadis dan ia pun menangis.

****


Yelena menyaksikan proses pemakaman itu sampai selesai, memberi hormat kepada yang telah mati berjuang demi tujuan mulia bersama untuk membebaskan Eldia. "Semoga anda tenang di sana." Dia ucapkan ke tiap-tiap kuburan yang barusan ditutup lubangnya dan ditanamkan batu nisan berukiran nama sang jenazah.

"Nona Yelena." Seorang perempuan dengan rambut cokelat pendek, Ajudannya Pixis memanggil kepada wanita berperawakan androgini itu. Yelena memutar kepalanya melihat sang ajudan perempuan semakin dekat ke arahnya. "Ada yang bisa saya bantu?"

MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang