Jauh dari markas Pasukan Pengintai, di ladang peternakan besar. Sebuah panti asuhan telah dibangun untuk para anak-anak yatim piatu yang tinggal di dalam dunia berdinding ini.
"Hei, kalian! Tunggu!" Seru Historia pada anak-anak yang sedang bermain di ladang peternakan luas itu. Semua anggota Squad Levi 2.0 juga berada disana, ikut membantu si gadis. Eren, Armin, dan Jean memutuskan berhenti sejenak di dekat pagar kayu peternakan, untuk mengamati apa yang Historia sedang lakukan.
"Rasanya..." Perkataan Jean tergantung. "Hm. Berbeda sekali dengan sosok Ratu yang kubayangkan, ya." Sambung Armin menyelesaikan perkataan Jean.
"Baru dua bulan yang lalu dia memakai mahkota Raja, tapi sekarang dia malahan lebih mirip dengan ibu kepala Panti Asuhan." Sindir Jean. "Apa kalian tahu sebutannya di kalangan masyarakat?" Aju Armin pada kedua temannya. "Dewi Pengembala Sapi. Tentu saja itu merupakan sebutan penuh kasih sayang."
"Akhirnya dia menjadi Dewi juga, ya... Dengan begini, tak ada yang ingat dengan orang yang sudah menutup lubang Distrik, lo." Cemooh Jean pada si bocah Titan di ujung. "Salah satu alasan kenapa Historia memutuskan menjadi Ratu adalah untuk melakukan hal ini." Sela Eren langsung.
"Hal ini?" Tukas Armin bertanya. "Memeriksa dari ujung dinding ke ujung dinding lainnya, untuk mengumpulkan anak yatim piatu lalu merawat mereka. Kapten yang juga berasal dari wilayah bawah tanah sangat mendukung hal ini. Kalau ada orang yang kesulitan, dimana pun mereka berada, akan dia datangi dan dia selamatkan. Itulah yang ingin dilakukan Historia."
Tak lama setelahnya terdengar suara langkah kaki mendekati mereka dengan tergesa-gesa, "Ah. Kalian malas-malasan lagi! Matahari hampir terbenam, lo!" Ceramah Historia, menyuruh mereka bertiga untuk kembali bekerja. "Rasanya dia itu seperti ibuku saja." Desau Jean yang mulai membawakan kotak pasokan bersama Armin.
"Percobaan pengerasan berjalan dengan baik, ya." Ucap gadis pirang itu pada Eren, sambil berjalan bersamanya. "Ya. Tapi, kalau kita tidak bergegas mereka akan datang lagi." Balas Eren tidak bernada.
"Apa yang akan kamu lakukan kalau Reiner dan Bertolt kembali?" Tanya Historia segan. "Aku harus membunuh mereka." Titahnya dengan serius. "Kuharap kita bisa segera tahu, ya. Kenapa dunia ini menjadi seperti ini. Karena kita tidak boleh sampai menyesali apa yang sudah kita putuskan... Akhir-akhir ini anak-anak yang berasal dari kota bawah tanah sudah bisa tertawa. Jadi harusnya ini bukanlah keputusan yang salah." Ujar Historia melihat anak-anak yang bahagianya berlarian tergirang-girang.
"Ya. Kamu itu memang hebat." Komentar Eren membuat Historia tersipu. "Padahal waktu itu kamu bilang lebih baik umat manusia dimusnahkan saja." Canda si perjaka selanjutnya. "Ah! Aku bilang begitu hanya karena terbawa suasana!" Seru Historia tak mau merasa malu sendiri.
Perhatian mereka berdua pun berpaling pada gadis oriental yang memakai syal merah di lehernya. Gadis itu menatap ke depan dengan manik hitamnya tajamnya, walaupun angin menghembuskan rambutnya, tatapan dingin itu masih tetap ada.
"Ada apa?" Tanya Eren yang belum peka akan perasaan Mikasa. "Berikan padaku." Mikasa langsung merebut ketiga karung berat yang berada di tangan si brunette. "Eren sudah kelelahan karena eksperimen."
"Benar juga, ya. Maaf Mikasa." Ucap Historia langsung, bukan waktunya untuk mati hari ini. "Sudah kubilang, jangan memperlakukanku seperti kakek-kakek tua!" Omel Eren kesal.
Setelah dilakukan pembersihan pada rezim lama, umat manusia kehilangan pejabat pentingnya, namun mineral bercahaya yang ditemukan di bawah gereja Rod Reiss merupakan salah satu aset penting yang digunakan umat manusia untuk pencahayaan. Lalu, kekuatan pengerasan yang di dapatkan Eren telah melahirkan senjata Anti-Titan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]
FanficSejak pertama kali Pasukan Pengintai beroperasi, mereka telah dibenci oleh masyarakat di dalam dinding akibat banyaknya prajurit yang menjadi korban jiwa serta pengorbanan sia-sia yang sama sekali tidak membuahkan hasil. Tetapi pada tahun 845, Koma...