Beberapa hari berikutnya, Squad Levi yang baru akhirnya mencapai tempat terpencil yang diceritakan oleh Rika. Tempat itu merupakan sebuah pondok ditengah-tengah ladang dan hutan raksasa, juga tebing-tebing, tempat yang cocok sekali untuk melakukan eksperimen lapangan.
Di depan pondok terlihatlah Jean, Sasha, dan Armin sedang memindahkan barang-barang pasokan dari atas kereta ke dalam pondok, sedangkan teman-teman lainnya ditugaskan untuk membersihkan pondok.
"Tenang saja! Aku tidak akan memakannya, kok." Seru si Gadis Kentang kepada si Muka kuda, seraya masuk ke dalam bangunan tua itu bersama kedua temannya, mengangkut karung penuh akan ransum makanan.
"Hei, kalian!" Pekik seseorang seketika setelah ketiganya menyentuhkan kaki mereka keatas lantai kayu pondok. "Sebelum masuk kalian sudah membersihkan kaki kalian, belum!?" Ujar Eren dengan was-was, menggenggam gagang sapunya yang ada ditangannya erat.
"Hah? Nggaklah." Tukas Jean dengan santai, kemudian meletakkan karung yang ia pikul keatas meja makan. "-Kau lihat sendiri, aku membawa bawaan berat ini, kan?"
"Kau pikir Kapten Levi akan menerima alasan sepele begitu!? Tadi pagi aku juga yang membersihkan tempat tidurmu tahu!" Bentak si brunette kesal. "Berisik, memangnya kau itu ibuku!!?" Tukas si perjaka bersurai pirang stoberi itu.
"... Aku pulang." Ucap seorang gadis yang baru saja sampai di depan pintu pondok, membawa beberapa kayu bakar yang ditebangnya bersama Historia. "Eh, kamu pergi memotong kayu!?" Desau Armin khawatir akan sahabat perempuannya yang sering gegabah ini. "Kalau tidak bergerak, badanku jadi tumpul." Jawab gadis bersyal merah tersebut, menghiraukan keheranan temannya.
"Tubuhmu habis diremuk Titan. Kamu belum boleh bergerak banyak!" Tutur pemuda bersurai pirang itu. "Biarkan saja, Armin. Meski mengotot sekali pun, tidak akan pernah didengarkan-nya. Bahkan tadi saja aku melihatnya sedang melakukan sit-up." Komen Eren menyela.
"Keparat! Kau mengintipinya ya!?" Seru Jean yang cemburu kepada si perjaka bermanik hijau zamrud itu, sepertinya akan terjadi pertengkaran besar lagi diantara keduanya. Menghiraukan keduanya, Armin lebih fokus untuk menyuruh si gadis oriental untik beristirah.
"Hmph, rasanya seperti kembali ke masa pelatihan dulu, ya." Cecar gadis dengan rambut diikat poni itu, membuat ketujuh orang yang berada di dalam bangunan kecil itu terdiam.
"Ya, tapi. Kenapa kita yang dipilih menjadi anggota Squad Levi yang baru. Melindungi Eren dan Historia itu adalah misi yang sangat penting." Gumam perjaka bermanik biru laut itu, memandangi tanah dengan tatapan penuh kebimbangan.
"Mungkin saja, karena kita memang lebih berbakat. Jangan terlalu merasa tegang. Kita juga memiliki Rika-san, bukan?" Ujar sang gadis, mencoba menghibur temannya yang pemurung. "Ya, walaupun begitu aku masih merasa terkejut dan bingung dengan itu. Bagaimana beliau bisa mendapatkannya?"
Sementara Armin berputar-putar dalam kolam penuh isi pertanyaan, secara diam-diam Sasha mengambil sesuatu dari dalam kotak dengan sangat cepat, lalu memasukkannya hal tersebut ke dalam tasnya.
"Sasha, yang tadi kamu masukkan kedalam tasmu itu, apa?" Tanya Armin, melihat kerjaan si Gadis Kentang itu dengan mata tajam.
"Yang jelas bukan sesuatu yang berhubungan dengan roti." Semua yang mengetahui kebiasaannya, beranjak mendekati sang gadis untuk merebut kembali potongan roti yang berharga tersebut. "Kamu ini, cepat kembalikan." Tutur Jean.
"Kembalikan roti itu, Sasha!" Sambung Connie seterusnya. "Oi, lebih penting kita selesaikan bersih-bersihnya sebelum kapten kembali!"
****
"Ugh..." Desau seorang lelaki pendek berpangkat Kapten itu secara tiba-tiba. "Hm, ada apa?" Tanya wanita bermanik hitam legam disebelahnya. "Tidak, hanya saja tadi telinga kiriku terasa berdengung." Ucap pria berambut undercut itu, memegangi telanginya. "Oh... syukurlah." Tukas perempuan bersuara mezzo-sopran itu dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]
FanfictionSejak pertama kali Pasukan Pengintai beroperasi, mereka telah dibenci oleh masyarakat di dalam dinding akibat banyaknya prajurit yang menjadi korban jiwa serta pengorbanan sia-sia yang sama sekali tidak membuahkan hasil. Tetapi pada tahun 845, Koma...