Eren, Mikasa, Levi, Hange, serta Rika turun dari dinding yang melindungi umat manusia dari banyak rahasia. Menyusuri tempat itu, atmosfer kekejaman dan nostalgia kembali terulang di benak mereka yang menyebut kota ini sebagai kampung halaman.
Hari-hari dimana senyuman, tawaan, kehangatan menyelimuti tempat ini. Paman yang selalu mabuk bersama dengan prajurit lainnya, pasar yang selalu ramai dengan pelangggannya, dan gang-gang sempit yang berisikan rumah-rumah keluarga. Satu belok ke kanan dan lurus ke depan, sampailah mereka di tempat itu.
"Apa disini?" Tanya Hange. Kedua bocah itu masih terdiam tanpa suara, menatap dan mengingat semuanya, tak bisa dibayangkan sebetapa sakitnya untuk mengingat semuanya yang telah hilang dan lenyap. Bangunan runtuh itu berbentuk sama seperti terakhir kalinya kedua sahabat kecil meninggalkan sang ibu, ambruk dan hancur.
Keduanya terus berjalan, Sesaat Eren tertegun melihat sebuah sepatu kecil yang sudah usang, dia pun teringat dengan diri kecilnya yang selalu penasaran ingin tahu, sebenarnya apa yang disembunyikan oleh ayahnya yang misterius itu. Namun, ketika ia bertanya, pria tua berkacamata tersebut selalu menjawab dengan, "Mungkin saat kamu menyadari hal yang paling penting." Eren selalu bingung dengan apa yang beliau maksud dari itu. Hal terpenting? Dia tanyakan pada dirinya.
Tetapi sekarang dia mengerti. Kenapa laki-laki yang memiliki dua biduri gemerlap sepertinya dan ibunya selalu melarangnya untuk masuk. Bahkan ibunya mungkin juga tidak tahu tetapi dilarang olehnya. Hal itu seluruhnya dilakukan agar hal ini bisa terjadi.
Kelima prajurit karib itu memulai operasi mereka untuk mencari dimana pintu masuk ruangan itu terkubur. "Untungnya, apinya tidak sampai sini." Ujar Hange memperhatikan sekelilingnya, terkesan lega. Setelah lama mencari, memeriksa, serta merapi-rapikan akhirnya mereka menemukannya.
Pintu kecil berdebu tersebut tertutupi oleh sebuah batu raksasa, yang disebabkan oleh tendangan kaki si Titan merah.
"Disini, di bawah sini ada tangga yang menuju ke ruang bawah tanah!" Ungkap Eren antusias. Kelimanya segera menarik beberapa tiang kayu besar untuk mengangkat batu itu. Dengan usaha sesama, bongkahan besar itu berhasil tersingkirkan. Tangan-tangan kasar terus menggali dan menepuk-nepuk pasir dan kerikil yang menutupi gagang logam.
Ketika dua benda berbentuk persegi itu terlihat jelas, Eren langsung menarik pintu horizontal di bawah lututnya, menampakan anak tangga menuju lorong hitam.
"Syukurlah, tempat ini tidak dibanjiri air." Celutuk Hange, menyoroti senternya. Mereka pun mulai menuruni tangga tersebut satu persatu, dimulai dari Levi hingga Rika dibarisan paling belakang. Levi yang berada paling depan pun berhenti ketika melihat pintu yang bergembok.
"Eren." Panggilnya, remaja bermanik zamrud itu langsung bereaksi untuk memasukkan kunci itu ke dalam lubang gembok. Lumayan lama bagi seseorang untuk membuka gembok yang sudah berkarat. "Ada apa?" Tanya Hange penasaran, dilanjutkan dengan Mikasa yang memanggil nama Eren dengan cemas seperti biasa. "Cepatlah." Titah Levi.
Seketika remaja itu berhenti untuk mencobanya lagi. "Kunci ini... bukan kunci untuk pintu ini."
"Eh!?" Kejut si Pecinta Titan mendengarnya. "Tidak mungkin. Seharusnya kunci yang dibawa paman adalah kunci itu." Sela Mikasa berkata.
"Sudahlah, minggir!" Rika dan Hange memandang kearah pria bersurai gelap itu, heran. Eren pun mundur sedikit dari depan pintu, sedetik kemudian Levi langsung mendobrak pintu lapuk itu dengan tendangan tanpa belas kasih.
Semuanya terkejut, minus Rika yang masih memiliki ekspresi kosong biasanya, bagaimana pun juga dia sudah sering melihat dan mendengar pintu kamarnya didobrak banyak sekali oleh dua bedebah.
Levi menarik tumpukkan kayu itu, menyingkirkannya dari jalan mereka. Ketika berada di dalam, dia dan yang lainnya langsung disambut oleh pemandangan lemari-lemari besar dan sebuah meja kerja untuk seseorang. Ruangan itu sungguh berdebu dan terasa amatlah sempit, apalagi ditambah dengan sarang laba-laba yang menempel di atap-atapnya. Bisa diketahui kalau ruangan tersebut belum dikunjungi oleh siapa pun selama bertahun-tahun. Lemari yang dipenuhi oleh buku-buku berisi tentang kesehatan juga botol obat-obat herbal yang beraroma manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]
FanfictionSejak pertama kali Pasukan Pengintai beroperasi, mereka telah dibenci oleh masyarakat di dalam dinding akibat banyaknya prajurit yang menjadi korban jiwa serta pengorbanan sia-sia yang sama sekali tidak membuahkan hasil. Tetapi pada tahun 845, Koma...