Levi mengedipkan kedua mata dan mendapati dirinya sedang duduk di atas kursi. Di depannya terletak meja kayu panjang dimana ditaruh tiga buah gelas teh hitam yang sudah setengah habis. Dia sekarang berada di dalam tenda, menunggu. Menghentakkan boots coklatnya beberapa kali diatas tanah untuk memusnahkan rasa tidak enak yang mengepulinya.
Di sebelah kirinya duduk si perempuan brunette dengan penutup mata hitamnya, melirik ke kanan-kiri dengan was-was. Hal itu disebabkan oleh Levi dan juga wanita berambut aneh yang ia tak bisa diajak untuk bercakap kecil, membuat situasi ini sangat canggung karena aura yang diberikan masing-masing orang tersebut begitu suram. Sekali membuat kontak mata saja, mereka langsung melototi sesama dengan sorot yang mengerikan.
"Um... Anu, cuaca hari ini bagus, ya." Tutur Hange berkata, tertawa gugup diakhir kalimatnya.
"Tidak usah coba-coba, mata empat. Kau tidak membantu sama sekali." Potong Levi segera. "Ya, maaf! Aku kan cuma mencoba untuk mencairkan suasana, tidak seperti seseorang!" Protes perempuan brunette itu balik, Levi berdecak menanggapinya. "Diam sajalah."
Kalian pasti bingung, kenapa prajurit Pasukan Pengintai berada di dalam tenda di tengah malam begini, alasannya dikarenakan kapal para mata-mata dari pulau tetangga, Marley sudah mulai berani menginvasi Paradis. Satu kapal kecil saja sudah ketangkap semalam saat mereka berjaga-jaga dan mereka yakin kalau ada yang akan datang lagi karena kapal pertama yang dikirim belum kembali-kembali juga. Jadi mereka harus mulai berjaga setiap malam di dekat perbukitan pantai sekarang.
Sementara kedua pasang prajurit itu berdebat tidak jelas dengan satu sama lain, orang yang ditinggalkan dari argumen memindahkan pusat perhatiannya ke arah pintu masuk-keluar tenda.
"Aku keluar dulu. Aku ingin melihat keadaan di luar." Ucapnya tak bernada sembari meletakkan buku yang sudah sekian kalinya dia baca. Akhirnya mendiamkan dua orang dewasa tersebut, kala dia berdiri lalu meninggalkan kursinya. "Rika-chan tunggu du... lu.." Sebelum Hange mampu menyelesaikan kalimatnya, si wanita bersurai panjang itu sudah kepalang menghilang duluan.
"Arrgg!!! Lihat apa yang telah kamu lakukan? Dia jadi pergi sekarang, kan!"
"Bukan salahku kalau dia ingin memeriksa keadaan di luar. Lagian ini juga salahmu. Kalau sudah tahu hawanya canggung, jangan diajak bicara!" Balas Levi membentak.
"Salahku?! Aku sedang mencoba yang terbaik untuk membuat agar dirinya tidak marah lagi, dan kau bilang ini salahku?!" Hange menghirup napas kesal maksimum, "Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian berdua, tapi kalian benar-benar harus berbaikan! Sudah satu setengah tahun, kalian bahkan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun kepada sesama selain kata Ah, eh, atau huh. Apakah kau tahu betapa frustasinya itu!?"
"Kayak kau bisa melakukan yang lebih baik. Dia tidak mau berbicara dengan kau ketika itu bukan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan!" Titah si lelaki bertubuh kecil. "Hei! Setidaknya aku berusaha!"
"Dan apakah itu berhasil?!"
"Yah, setidaknya dia mau berbicara denganku!!!" Bentak si kacamata kepada lawan jenisnya, memukul meja dengan keras dan menatap Levi dengan dahi berkerut tajam. Dua-duanya tetap berada pada posisi tersebut, menatap satu sama lain dengan kejengkelan terbesit pada masing-masing mata. Semakin lama mereka menatap semakin naik pitam rasa panas di dada, dan semakin rasa berang itu tak memiliki ujungnya.
Rika menutup kedua belah kain lebar yang berperan sebagai pintu masuk-keluar tenda. Perlahan suara debat diantara dua rekan kerjanya padam, meski pun masih bisa terdengar sejentik pada ujung daun telinga.
Kepalanya ia tundukan ke bawah, seekor binatang kecil yang belum diketui namanya atupun spesiesnya, berjalan sepintas di depannya, entah mengapa itu mencuri seluruh atensi si rambut hijau-kebiruan. Cara berjalannya yang mirip seperti laba-laba namun juga bukan. Memiliki dua capit tajam dan berwarna abu-abu layaknya batu. Rika berjongkok agar bisa melihatnya dengan lebih dekat lagi. Entah mengapa Rika merasa, mau makhluk itu merobek kulit tangannya sekarang hingga berdarah dengan capitnya, dia takkan keberatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]
Hayran KurguSejak pertama kali Pasukan Pengintai beroperasi, mereka telah dibenci oleh masyarakat di dalam dinding akibat banyaknya prajurit yang menjadi korban jiwa serta pengorbanan sia-sia yang sama sekali tidak membuahkan hasil. Tetapi pada tahun 845, Koma...