"Apa yang kau pikirkan, Erwin?! Tidak melakukan evakuasi dan membiarkan penduduk tetap berada di kota, katamu? Saat fajar nanti, Raksasa itu sudah sampai disini, tahu!!" Seru ketua Pasukan Penjaga Dinding brewokan tipis itu, menggenggam kerah Erwin geram.
"Raksasa itu Tipe Abnormal." Tukas Hange. "Memangnya kenapa?!"
"Target Titan itu adalah wilayah yang padat penduduknya, makanya disebut Abnormal. Ditambah lagi, dia mengabaikan desa-desa kecil, dan hanya tertarik pada kota yang berada dalam dinding."
"-Karena itu, kalau sekarang dilakukan evakuasi penduduk ke Dinding Sheena. Target akan mengubah arahnya, dia akan menghancurkan Dinding dan terus mengikuti arah kerumunan manusia, bukan? Dia pun akan sampai ke wilayah paling padat penduduk, yaitu Ibu Kota Mitras. Dan umat manusia akan menghadapi ancaman kepunahan. Saat dalam perjalanan kesini, kami mencoba kekuatan pengendalian Titan yang Eren Yeager miliki, tapi Titan Rod Reiss tidak bereaksi sama sekali." Jelas Hange secara singkat.
"Itu artinya Titan itu harus dihentikan di dinding luar Distrik Orvud. Untuk melakukan itu, kami harus menjadikan para penduduk sebagai umpan. Akan tetapi, tugas kami para prajurit untuk melindungi penduduk tidak berubah." Sambung Erwin menanggapi. "-Meski rencana kami gagal sekali pun. Kami akan berusaha agar tidak ada satupun korban jiwa. Para penduduk Orvud akan diberitahu kalau kita sedang latihan evakuasi. Tergantung perkembangan situasinya, kita akan mempersiapkan mereka agar mudah untuk keluar-masuk Distrik."
Prajurit tersebut berpikir sejenak, kemudian menatap Erwin putus asa. "Tidak ada pilihan lain, ya?"
"Target kita memiliki ukuran yang sangat besar, namun justru karena itulah sasaran tembaknya besar. Serangan meriam dari atas Dinding harusnya efektif, tapi andai dengan itu pun kita tidak bisa mengalahkannya. Kami akan mengerahkan kekuatan terbesar dari Pasukan Pengintai." Ungkap si Komandan rambut klimis itu.
****
Pagi telah tiba, disisi Erwin dan Squad Levi yang sedang menunggu Titan Rod Reiss yang sudah semakin mendekat ke dinding. Sudah banyak meriam disiapkan untuk menembak titik lemah Titan yang lebarnya 40 meter itu. Meriam-meriam dinding itu pun mulai ditembakkan berkali-kali pada Titan itu, sesuai perintah.
"Baiklah, bagaimana hasilnya?" Ujar Erwin, menunggu asap setelah penembakan pudar dari penglihatan.
Tetapi hasil tembakan meriam tadi tidak menghasilkan apa-apa, selain membuat lubang-lubang berada disekitar tubuh Titan yang dapat membuat orang yang memiliki Trypophobia ketakutan, geli, atau jijik. Walaupun begitu, meriam tidak berhenti untuk terus ditembakkan.
"Sepertinya meriam diatas permukaan tanah tidak begitu efektif." Komen Erwin, menganalisa.
"Tentu saja. Bahkan meriam diatas dinding yang memiliki sudut tembak lebih baik nyaris tidak mengenai tengkuknya. Ada apa sebenarnya?" Tukas Levi disampingnya Erwin.
"Prajurit yang bercampur aduk. Meriam yang asal dikumpulkan. Pasukan yang dibentuk secara buru-buru. Ditambah lagi, wilayah ini berada di pedalaman utara. Tidak seperti prajurit garis depan, mereka tidak memiliki pengalaman tempur. Tapi, tidak bisa dipungkiri bahwa Pasukan ini adalah kekuatan tempur terbaik yang kita miliki." Sebut si alis tebal pada masalah yang mungkin menjadi akibat dari kegagalan penggunaan meriam.
"Yah, aku sudah paham itu. Lagipula, rencana Pasukan Pengintai kali ini adalah pertarungan semata. Rencana mu selama ini selalu begitu." Celutuk Levi.
"Erwin, Aku sudah membawakannya! Susah lho membawanya kesini." Seru si mata empat dari jauh. "Susah darimana, kamu sepanjang berjalanan hanya mengoceh saja." Desau Rika yang berada disampingnya. Hange hanya cengengesan dengan senyum konyolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]
FanfictionSejak pertama kali Pasukan Pengintai beroperasi, mereka telah dibenci oleh masyarakat di dalam dinding akibat banyaknya prajurit yang menjadi korban jiwa serta pengorbanan sia-sia yang sama sekali tidak membuahkan hasil. Tetapi pada tahun 845, Koma...