Di seberang Lautan

387 45 2
                                    

Beberapa hari telah berlalu, dan surat kabar yang membawakan berita tentang rahasia yang telah hilang dari memori rakyat telah disebarkan ke seluruh wilayah Pulau Paradis.

Sekarang Hange beserta Levi diundang khusus oleh kepala dari perusahaan Berg Newspaper, perusahaan yang meproduksi seluruh koran-koran tersebut untuk berbincang-bincang dan bersilaturahmi, mengucapkan terima kasih atas jasa dan pengorbanan para prajurit veteran yang telah memberikan segalanya.

"Jadi, Titan yang mengancam umat manusia itu dulunya adalah manusia. Mereka adalah manusia yang satu ras dengan kita, mereka adalah Rakyat Ymir. Raja kita membangun dinding ini ratusan tahun yang lalu menggunakan kekuatan Titan untuk mengubah ingatan rakyatnya dan membuat mereka percaya bahwa manusia di luar dinding telah musnah. Tetapi umat manusia belum lah musnah. Mereka memanggil kita dengan Rakyat Ymir... Ras Iblis."

Singkat Peaure bercerita. Anak magang yang pergi bekerja di dalam perusahaan kertas berita itu terlibat sedikit sendu membicarakannya. "-Sebentar lagi, musuh kita akan memulai invasi ke tanah ini untuk mendapatkan sumber daya, dan serangan lima tahun lalu yang dilakukan oleh Collosal Titan adalah salah satunya."

"Artikelnya sudah disebar, tapi... apa kalian bisa menjamin keaslian cerita ini?" Tanya Roy ragu, pemilik perusahaan surat kabar tersebut memalingkan sorotnya kepada si Komandan berkacamata. Walaupun sudah berkali-kali mencetak lembaran-lembaran itu di depan matanya, dia masih belum bisa mempercayai semuanya, bahkan memprosesnya saja belum.

"Setidaknya itu bisa menjawab semua pertanyaan kita selama ini. Cerita seperti itu, sebenarnya saya juga tak mau mengakuinya." Balas Hange lirih, menatap dalam kepada refleksi dirinya pada teh hitam di dalam cangkir yang ia genggam.

Melihat itu Roy pun menuangkan Levi secangkir teh hitam juga. "Terima kasih." Ucap si pria yang berpakai tuxedo hitam itu dengan cravat putih khas dikalungkan disekitar kerah blouse-nya. Dirinya menyeruput minuman wangi beraroma nikmat itu dengan cara memegang gelas khasnya.

Hange membersihkan tenggorokannya, "Jadi, bagaimana reaksi kota?" Tanya wanita bersurai coklat yang diikat asal-asal itu, mengalihkan topik percakapan.

"Ada berbagai macam. Ada yang mempercayainya, ada yang tertawa, dan ada orang yang mematuhi aturan militer lalu menyebarkan sebuah konspirasi. Seperti dugaan kalian, rakyat masih dilanda kebingungan." Simpul sederhana pria gemuk dengan topi golf berwarna netral dan berkumis lebat itu.

"Begitu. Apa boleh buat, tugas kami adalah menyelidiki dan melaporkan. Rakyat bisa menentukan langkah berdasarkan informasi tersebut." Sahut sang perempuan yang kemudian ikut menyeduh teh hangatnya. "Ya setidaknya, semuanya lebih baik daripada Raja sebelumnya."

Roy kemudian tersenyum. "Saya sangat bangga kepada kalian. Sebagai sesama manusia yang tinggal di dalam dinding dan juga sebagai sesama pekerja." Pujinya dengan bangga. Kedua petinggi militer yang tak menyangka kata-kata manis dari orang lain itu terdiam dengan muka terbeku dan terkejut.

"Ah... oh, terima kasih." Ucap si Mata Empat itu malu-malu, pipinya merona merah menutupi mukanya. "Ya, lain kali kau bisa menempatkan Pasukan Pengintai di tempat yang lebih bagus." Ujar Levi sarkas, memotong deras serotonin itu seketika. Walaupun mungkin bisa terasa sedikit disinggung, kedua pekerja itu tersenyum dan terkekeh pada kesalahan sendiri.

Namun hal tersebut tak berlangsung lama, sebelum mereka menyadarinya ruangan menjadi sunyi lagi. Hanya diisi dengungan lalat yang tenang.

"Kalau begini, apa yang akan terjadi kepada kita?" Cecar Roy. Tangannya yang memegang cangkir kafeinnya, mulai gemetar memikirkannya. "Kita melihat Titan dengan rasa takut, dengan rasa benci, dan dengan keinginan bahwa mereka akan lenyap dari dunia ini."

MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang