Kepercayaan

454 59 0
                                    

"Hei, bukannya kita berpencar terlalu jauh dari yang semestinya?" Tanya Hitch kepada rekan sesama prajuritnya. Kedua anggota Polisi Militer itu sedang ditugaskan untuk berjaga disekitar hutan yang ada di Stohess. "Kalau tidak berpencar tidak ada gunanya melakukan pencarian, kan?" Sahut Marlo menanggapi.

"Tapi, kenapa aku harus berduaan denganmu?" Keluh wanita bermanik hazel itu. "Apa, jangan-jangan... Marlo, kau ingin berduaan denganku, ya?~"

"Hitch. Aku minta maaf, tapi aku nya sendiri tidak mau berpasangan denganmu." Balas lelaki berambut hitam bundar tersebut secara mentah-mentah. "Oh... Syukurlah kalau begitu." Tukas perempuan disampingnya agak kecewa.

"Namun, apa kamu tidak merasa aneh? Pasukan Pengintai membunuh warga sipil dan melarikan diri? Bukannya mereka itu pasukan yang rela mempertaruhkan nyawa mereka demi umat manusia?" Pikir pria tersebut, heran seraya memegangi senjata tembak ditangannya dengan erat.

Wanita perambut pendek itu untuk sekilas memberikan lelaki disampingnya tatapan sinis. "Kamu ini, apa kamu sudah lupa? Mereka lah yang menimbulkan kekacauan di Distrik Stohess. Menjadikan kota itu sebagai medan pertarungan dan membuat kita mengangkut entah berapa puluh mayat."

"-Kemudian Annie belum juga ditemukan sampai sekarang. Barang-barangnya masih ada di kamarku, dan itu sangat menggangu."

"Tetapi, mereka berhasil menangkap Titan yang menyamar itu dan mengungkapi identitasnya. Menurutmu adakah pasukan lain yang bisa melakukan itu? Kalau Pasukan Pengintai dibubarkan umat manusia aka—"

"Jangan bergerak!" Seru Hitch secara tiba-tiba, kemudian mengangkat pistolnya. "Ada suara air..."

Secara berhati-hati keduanya mencoba mendekati sumber suara itu. Tampaklah sebuah sungai yang masih mengalir bersih, dan juga berdirilah seseorang di depannya.

"Jangan bergerak!" Perintah Marlo pada orang tersebut. "Hadaplah kesini perlahan-lahan!" Orang tersebut pun membalikkan badan mereka sambil mengangkat tangannya. "Pasukan Pengintai, ya? Bagus. Jangan bersuara, tetaplah seperti itu dan jangan melakukan pergera—"

Dari atas, dua orang turun dengan kecepatan penuh, menodongkan pedang ke leher dua prajurit itu, hendak menggoroknya. "Benar, pelan-pelan serahkan senjata kalian padanya." Ucap pemimpin mereka, segera nya anggota kelompok asing tersebut berkumpul.

_______________

.

.

.

.

Dari kejauhan terlihat seseorang tengah dikejar oleh tiga prajurit Pasukan Interior. Orang tersebut adalah anaknya Dimo Reeves yang melihat segalanya, apa yang sebenarnya terjadi pada ayahnya malam kemarin. Dia kemudian masuk ke dalam sebuah tikungan dan menghadap jalan buntu. Ketiga polisi itu sudah sangat dekat dengannya, namun tiba-tiba ia merasakan dirinya ditarik keatas.

"Sial! Dia tidak ada disini! Cari lagi! Jangan sampai dia kabur!" Teriak salah satu Polisi Militer yang mengejarnya dan spontan berlari kembali.

"Kau putranya tuan Reeves, kan? Siapa namamu?" Tanya wanita berkacamata tersebut, setelah keadaan serasa aman.

"Flegel..." Ucapnya pada kedua orang yang menyelamatkan dirinya. "Salam kenal, Flegel. Aku Hange Zoe. Langsung saja, kalau Polisi Militer mengejarmu, berarti kau mengetahui apa yang terjadi dengan ayahmu, kan? Tolong beritahu padaku apa yang telah terjadi."

"Saat aku buang air kecil, ayahku dibunuh oleh orang-orang dari Pasukan interior. Dia mengenakan mantel hitam dan bertumbuh tinggi." Ungkap Flegel sedih. "Yang penting kamu tidak apa-apa. Ayo kita beberkan kebenaran ini pada publik." Usul Hange, menarik tangan pria bertubuh gemuk itu dengan semangat.

MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang