Anak-anak Hutan

122 6 0
                                    

Mia meletakkan sendoknya di piring sesudah menelan bagian terakhir supnya. Mia lalu melihat ke arah kursi dimana Gabi dan Falco sebelumnya duduk. Rasanya lama sekali mereka berada di toilet, apakah sakit perutnya separah itu? Mia mulai cemas.

"Bang, aku mau ke toilet dulu. Aku mau nengokin si Ben dan Gwen." bisik Mia ke telinga William sebelum tegak dari kursinya.

GUBRAAAKKK!!!

Mendadak pintu ruang makan itu terbuka lebar, di luar sana berdiri Niccolo dengan ekspresi menyeramkan, membawa Falco dan Gabi yang dalam keadaan mengenaskan. Rambutnya dijambak dan dia diseret Niccolo dari ruang bawah tanah hingga ruang makan itu. Muka gadis itu berlebam merah habis dihajar Niccolo dan hidungnya pun mimisan. 

Niccolo kemudian melempar gadis itu ke tengah ruang makan.

"Niccolo? Kamu apakan Ben dan Gwen?!!" teriak Tuan Blouse panik dan ketakutan. Dia dan istrinya secepatnya bangkit dari kursi untuk menolong Gabi begitu pula Mia dan William.

"Dia yang menembaknya. Bedebah inilah yang telah membunuh Sasha. Dia yang sudah merenggut nyawa anak anda." jawab Niccolo dingin. Saat itu juga Tuan Blouse jadi terdiam dan menghentikan tangannya yang mau meraih Gabi. Mata mereka membelalak lebar menatap gadis kecil yang tertatih di hadapan mereka selagi Niccolo menjelaskan latar belakangnya yang merupakan seorang prajurit anak terlatih berkemampuan untuk menghabisi nyawa manusia. Cara pandang mereka ke Gabi pun berubah layaknya mereka sedang memandang najis menjijikan.

"Tuan Blouse, ambil ini." Niccolo lalu menyerahkan sebuah pisau kepadanya. "Jika anda tidak dapat menghabisinya... biar saya yang lakukan."

Sementara itu di tempat kelompok Hange berada, suara ribut di ruang makan itu kedengaran sampai ke tempat mereka. Tentu saja mereka jadi penasaran dan langsung bergegas memeriksa keadaan. Ternyata situasi gawat ini tengah berlangsung.

"Kalian jangan bergerak!" Niccolo mengancam pada Hange dan yang lainnya. Dia tarik pisau itu ke dekat leher Falco, menggoresnya hingga segelintir darah keluar.

"Tidak! Lepaskan Falco!!" Gabi berteriak kencang pada sang pria yang memegang kendali atas nasib Falco ke depannya.

"Apakah dia berharga bagi kau?!" bentak Niccolo. "Sasha Blouse juga berharga bagiku!"

"Benar! Seorang keturunan Eldia! Tapi, dialah yang paling menyukai makanan dari siapa pun! Dia telah menyelamatkanku dari perang tak berarti ini. Sasha menunjukkan padaku kalau aku bisa membawa kebahagian lewat masakanku. Dan, kau membunuhnya!!!"

"Sasha Blouse kau itu pun sudah membunuh orang-orang yang kusayangi! Makanya aku balas dendam!" jerit Gabi balik.

"Aku tak peduli siapa yang mulai duluan!!" balas Niccolo marah.

"MMGH...!! SADARLAH! KAU ITU PRAJURIT MARLEY! JANGAN TERGODA OLEH IBLIS BETINA ITU!!"

Tuan Blouse hanya dapat memandang Gabi dengan kasihan. Anak baru berumur genap 10 tahun tak seharusnya punya pemikiran untuk mengatakan kata-kata seperti itu. Apalagi berpikiran untuk membunuh manusia lain. 

"Niccolo, berikan pisau itu padaku." minta Tuan Blouse tenang pada lelaki yang mencintai anak perempuannya itu. Walaupun sedikit ragu, Niccolo akhirnya menyerahkan pisau itu pada Tuan Blouse. Seketika perasaan takut menjalar ke seluruh tubuh Gabi dari kepala hingga kakinya. Dia paham bahwa inilah cara dia akan mati.

Hange pelan-pelan mencoba berjalan ke arah Tuan Blouse, menginstruksikannya untuk menurunkan pisau tajam di tangannya. Mencegah ayahnya Sasha dari melakukan tindakan yang bakal dia sesali di kemudian hari.

"Sasha adalah seorang pemburu." ujar Tuan Blouse. Memerangahkan semua orang di sana. "Sewaktu kecil aku ajarkan dia cara memakai busur untuk berburu hewan di hutan. Itulah cara hidup keluarga kami. Namun, aku tahu kami takkan bisa selamanya hidup begitu. Makanya aku menyuruh Sasha untuk meninggalkan hutan. Lalu, dia menjadi seorang prajurit. Dia menyerang tanah musuh, menembak orang lain dan sendirinya tertembak.

MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang