Belas Kasih

326 26 2
                                    

Malam itu Rena lembur mengerjakan berkas-berkas yang ditugaskan padanya. Dengan bantuan Claire, ia berhasil menuntaskannya sebelum tengah malam.

"Makasih, Claire. Karena mu aku bisa cepat selesai." ungkap Rena sambil merapikan tumpukan kertas yang hendak diserahkannya sehabis ini. "Sama-sama." balas Claire senang.

"Baiklah, aku akan membawanya ke Rika-san sekarang. Sekali lagi makasih, ya."

"Iya, buruan sana. Nanti kalau kemalaman, Rika-san malah ketiduran lagi." tukas Claire.

"Iya, met' malam." Setelah Claire mengucapkan selamat malam balik kepadanya, Rena pun beranjak menuju kamar si prajurit veteran.

Claire pun bersiap untuk tidur, dia tak menyadari dua pasang mata mocha telah memperhatikan dia dan Rena dengan rasa sedih. Pemilik iris mocha tersebut duduk dengan merangkul dua lututnya di dekat wajah dan menatap pada pintu sahabatnya baru keluar dari.

****

Tiga ketukan Rena bunyikan di pintu kamar Kaptennya. "Nama dan urusan?" timpal suara dingin si Rambut Aneh di baliknya. "Ini Rena, saya mau menyerahkan pekerjaan saya." sahut lantang gadis bernama belakang Steward itu.

"Masuk saja, pintunya tidak dikunci." jawab Rika kembali. Mendengar itu Rena lalu memutar gagang kamar dan mendorongnya ke depan.

Saat melangkahkan kakinya masuk, nampaklah si manik hitam dengan luka sayat membekas di dagunya sedang duduk di atas tempat tidur, kaki kiri di lipat ke atas dan satu lagi terlipat di bawah layaknya seseorang yang sedang berada di kedai kopi. Tangan menopang muka sebelah kanannya sementara sorot terfokus pada jendela.

"Maaf, saya lama sekali menyerahkannya. Anda belum tidur?" ujar Rena.

Rika berpaling kepadanya, "Aku terpikir kalau kamu akan mengumpulkannya agak larut, jadi aku pikir untuk menunggu saja. Lagian, ini sudah biasa bagiku. Letakkan saja dokumen-dokumennya di atas meja. Aku akan memeriksanya dan besok akan ku kasihkan ke Hange."

"Baik." Rena pun meletakkan berkas-berkasnya di atas meja kerja Rika. Setelahnya dia berbalik lagi ke Rika menunggu instruksi selanjutnya. Rika lalu duduk di pinggiran kasur, memasang sepatu slip-on yang telah disiapkan di kaki tempat tidur.

"Apa saya perlu bantu anda memeriksanya ulang?" tanya Rena. Rika seketika berhenti bergerak. Dia tak mengucap sepatah kata pun dan cuma menatap gadis itu.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." ucapnya lanjut membenarkan bagian belakang sepatunya.

"Oh, begitu ya..." celutuk Rena terseringai kecut sambil memegangi telukung lehernya. Setelah selesai memasang sepatunya, Rika sekali lagi menatap si manik hijau.

"Ya, ada sih yang ingin kubicarakan dengamu." tukas sang Kapten memelas. Rena kian menegakkan padangannya sedikit terkejut.

"Tutup pintu itu dulu dan duduklah." tutur si wanita bersurai warna tidak normal. "Um, baik." Meski sedikit bimbang, Rena melakukan apa yang disuruh oleh Rika. Dia pun duduk di satu-satunya kursi yang tersedia di dalam ruangan tersebut.

"Jadi, apa yang anda mau bicarakan?" Rena menatap Rika dengan gugup. "Kurasa kamu bisa menebaknya sendiri, bukan?" tukas sang wanita berambut panjang. Sweater lembutnya menyelimuti punggungnya dari dinginnya malam seraya ia berjalan ke meja kerja untuk menyalakan lampu minyak.

"Apa ini tentang Rachel dan Louise pagi ini?" ungkap si surai merah. "Mungkin." jawab Rika meniup korek yang ia nyalakan hingga padam.

"Aku sudah tanya pada Louise, tapi kamu tahulah bagaimana dia kepadaku, dan aku merasa tidak enak bertanya ke Owen dengan kondisinya yang tidak baik sekarang."

MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang