"Aaah...~ Membosankan. Kalian bahkan tidak bisa melawan sedikitpun, dan menyebut diri kalian sendiri anggota Polisi Militer, menyedihkan." Gadis berjubah hitam itu melemparkan pisau belati kesayangannya ke udara dan menangkapnya tepat waktu.
"Aku terkejut kalian bisa masuk ke Pasukan militer sebagai kadet. Kalian bersumpah kepada raja, namun kalian melanggar hukum dan menjual sesuatu yang ilegal untuk kesenangan sendiri." Ucapnya dingin kepada kedua jasad dengan darah segar yang masih mengalir dari lehernya yang digorok. "Kadang aku pikir memang seharusnya aku membasmi cacing seperti kalian."
"-Tapi untuk hari ini aku tidak akan melakukan itu, karena tujuan yang aku miliki di sini hanya untuk membawa kotak-kotak berharga ini kepada William. Terima kasih sudah membuat perjalananku sedikit lebih susah, aku sudah mulai sedikit bosan dengan ketenangan."
Gadis itu pun naik keatas kereta yang berisikan kotak-kotak pasokan dan membawa lari kereta kuda itu dengannya. Gadis itu dikenal dengan sebutan; Rika, Si Permata Maut.
****
Aku sampai di tempat itu. Tempat dimana aku bekerja, Pasar Gelap. Segera setelah tiba, aku masuk dengan kereta yang kucuri dari Polisi Militer. Disini bukan tempat yang bagus, kotor, keji, menjijikan, dan penuh dengan orang berbahaya. Lebih buruknya lagi, aku harus melihatnya setiap hari, kekejaman dunia.
Namun mau bagaimana lagi, aku sendiri yang memilih jalan hidup ini. Setelah beberapa saat aku pun akhirnya melihat gedung yang kucari, bar-nya William dan aku bekerja.
Spontan aku memarkir kereta dan mengikat kudaku pada salah satu pilar kayu bangunan. Dengan mengenakan jubah hitam yang sudah usang, aku membuka pintu gelap di depanku. Sampai di dalam, aku melangkah ke depan dengan santainya ke host bar, dimana aku akan bertemu dengan Will. Seraya aku berjalan, telingaku mendengung mendengar bisikan dari para pelanggan bar yang membicarakan dan menatapku dengan sinis.
Aku menghiraukannya saja, sudah terbiasa aku mendapatkan reaksi ini dengan wajahku yang masih terlihat ada percikan merah kering yang merupakan darah dari korban yang baru saja dibunuhnya. Aku memang sedikit terkenal akibat partner lamaku, dan juga jumlah penuhan yang telah kulakukan. Apa yang kamu harapkan dari bar yang ada di dalam Pasar Gelap?
"Oh, Kamu sudah kembali, cepat sekali." Komen seorang perjaka yang hampir seumuran dengan sang gadis bermanik obsidian itu. William, atau yang sering dipanggil dengan Will oleh orang-orang dan diriku sendiri. Dia adalah salah satu karyawan di bar ini, pemiliknya jarang sekali datang jadi banyak pelanggan yang mengira bahwa Will-lah yang memilikinya.
Pekerjaanku disini adalah melakukan sebuah jasa untuk dibayar. Mau itu mencuri, membabak belur, atau membunuh orang akan kulakukan. Tetapi aku hanya mengambil pekerjaan seperti itu ketika sangat membutuhkan uang saja. Tujuan utamaku tentu saja untuk membinasakan keluarga kerajaan dan polisi Militer.
"Haah... Sejujurnya cukup mengecewakan. Orang-orang itu tidak bisa bertarung dengan benar." Tukas ku bosan, mulai mengelap kotoran menjijikan mereka dari wajahku. "Bukannya kamu menyerang mereka secara tiba-tiba. Mana mungkin ada yang mengira kalau ada yang akan menggorok leher mereka ketika sedang bekerja serius."
"Bekerja serius? Saat aku mengamati mereka dari jauh, mereka sedang tertawa terbahak-bahak mengolok rakyat miskin." Ucapku mencelutuk balik. "Ya, ya. Kalau begitu, apa kamu membawa barang yang kuinginkan?"
"Yah, semuanya ada di keretaku." Ujar ku, menaruh tangan kanan ku di bawah dagu. "Hm? Begitukah, aku akan memeriksanya nanti. Tapi pertama-tama, apa yang kamu pesan? Gratis hanya untukmu hari ini." Tanya Will.
"Sama seperti biasanya saja." Jawabku dengan tatapan malas. "Teh hangat? dimengerti. Tunggu sebentar akan ku buatkan." Tukas sang pemuda berambut karamel itu beranjak berdiri. Tetapi sebelum bisa melangkah kemana-mana, dari arah tangga keluarlah seorang gadis kecil yang sepertinya baru saja bangun tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]
FanfictionSejak pertama kali Pasukan Pengintai beroperasi, mereka telah dibenci oleh masyarakat di dalam dinding akibat banyaknya prajurit yang menjadi korban jiwa serta pengorbanan sia-sia yang sama sekali tidak membuahkan hasil. Tetapi pada tahun 845, Koma...