Eren berusaha membunuh Titan itu. Collosal Titan segera menghancurkan semua meriam yang tertata diatas dinding. Saat melihat itu, Eren menyadari bahwa Raksasa itu memiliki akal.
Meskipun begitu, Eren masih determen untuk membunuh Titan besar itu. Dia berlari menuju tengkuknya. Saat ingin menebasnya, Titan itu mengeluarkan uap panasnya yang membuat Eren terhembus ke belakang. Eren terus mendorong dan menerobos, tetapi Titan itu sudah menghilang dalam sekejap mata. Eren segera mengayitkan dirinya ke tembok agar tidak terjatuh ke tanah.
"Eren, apakah kamu mengalahkannya!?" Tanya Thomas khawatir. "Tidak! Sama seperti 5 tahun yang lalu! Dia menghilang dengan cepat seperti kedatangannya!" Ujar Eren kesal.
Sampai diatas dinding Eren meminta maaf pada Thomas karena tidak bisa membunuh Raksasa tak berkulit itu. Kemudian dari arah kota, prajurit Penjaga Dinding datang untuk menyuruh mereka agar kembali berkumpul di Markas. "Apa yang kalian tunggu. Strategi untuk mengalahkan Collosal titan telah dikeluarkan. Kembalilah ke markas kalian! Siapapun yang telah melihat Titan, segera laporkan!" Perintah prajurit pasukan penjaga.
"Baik! Semoga berhasil!" Ujar Connie pada prajurit-prajurit yang mencoba menangani serangan Titan gelombang pertama.
Para warga Distrik Trost berlari untuk evakuasi. Semuanya panik, mendengar kabar Titan tersebut. Di markas Distrik Trost, seluruh prajurit mempersiapkan untuk melakukan rencana penyelamatan Distrik Trost.
__________________
.
.
.
.
Dua pelanggan memasuki bar Keller yang penuh seperti biasanya setiap pagi. Dua pelanggan itu adalah dua dari tiga pelanggan setia yang setiap harinya terus datang ke sana, sampai semua karyawan bar mengingat apa yang akan mereka lakukan setiap kali tiba di bar, terutama Rika yang selalu mereka panggil untuk melayani.
"Wah, kalian datang lagi. Aku sangat senang." Ungkap Rika seketika pada keduanya. Biasanya dia akan menggunakan nada ceria dan sebuah senyuman yang ia paksakan agar terkesan seperti persona palsu yang ia buat hanya ketika bekerja di bar. Namun hari ini dia tidak mood untuk melakukannya, bahkan saat bekerja sekarang. Sehingga dia mengatakan seluruh kalimatnya dengan suara datar dan tak bersemangat sama sekali.
Kedua pria itu melirik satu sama lain, mengira ada sesuatu yang mengganggu perempuan dengan rambut sebahu itu, karena dia terlihat merasa jengkel. "Baiklah, aku akan menunjukkan tempat duduk kalian." Lanjut Rika berkata secara monotone dan mulai beranjak kepada meja kosong.
Dua pria itu tak lama mengikuti di belakangnya. Sampai di sana, Rika mempersilahkan mereka untuk duduk. Masing-masing langsung menarik kursi untuk diri sendiri. Namun prasangka bahwa perempuan itu merasa jengkel masih membendung di benak keduanya.
"Rika, kamu gak apa-apa, kan?" Akhirnya salah satunya bertanya. "Iya. Cepat duduk sana. Pesanannya seperti biasa, kan?" Tukas cepat sang wanita. "Soal itu, kami akan menunggu si anu. Dia ada urusan sebentar, jadi kami akan memesan saat dia udah sampai saja." Jelas pelanggan itu.
Rika pun menghela napasnya. Dia pun sekejap curi pandang ke belakang, dimana Bibi Marion sedang sibuk melayani pelanggan lain di meja depan. Marion tersenyum lembut kepada pelanggan yang ia layani. Seketika itu pun dia menyadari tatapan tajam dari Rika. Dia memberikannya senyuman yang lebih lebar dan dua jari jempol yang dinaikkan. Rika menghiraukan pemberian hangat itu dan kembali fokus pada sepasang kaum adam di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]
Fiksi PenggemarSejak pertama kali Pasukan Pengintai beroperasi, mereka telah dibenci oleh masyarakat di dalam dinding akibat banyaknya prajurit yang menjadi korban jiwa serta pengorbanan sia-sia yang sama sekali tidak membuahkan hasil. Tetapi pada tahun 845, Koma...