Pagi-pagi buta, para gadis-gadis yang berada di markas Pasukan Pengintai biasanya sudah sibuk mengantri di depan kamar mandi. Kenapa?
Ya, untuk mandi dan merias dirilah. Meskipun mereka itu prajurit, penampilan itu harus tetap oke untuk dipandang. Maka dari itu dari subuh jam tiga mereka pada bangun dan berburu mengambil antrian penggunaan kamar mandi umum cewek. Biar gak terlambat dan dihukum oleh atasan mereka. Biasalah kalau cewek muda itu kalau mandi itu suka nya lama.
Sampe harus digedor-gedor pintunya buat cepetan dan buruan keluar. Yang kesialan bangun agak lebih dari jam lima lewat harus sabar, karena mereka pasti dapat urutan terakhir dan biasanya kena mental breakdance karena sudah tahu pasti kalau dianya akan dihukum lari keliling lapangan.
Maka dari itu, para veteran dulu yang memiliki kamar mandi pribadi yang menyambung ke kamar mereka sangat bersyukur mereka tak harus mengalami penderitaan seperti itu lagi.
Pagi itu masih jam empat pas. Louise baru terbangun dari tidur lelapnya. Langit masih hitam sangat. Tetapi ada yang aneh dari pagi itu. Dia sendirian. Biasanya dia bersama tiga kawan sekamarnya akan bangun berbarengan jam setengah empat, dan pergi bareng ke kamar mandi. Tapi, kali ini dia bablas sampai jam empat. Tak dibangunkan.
"Duh, apes dah aku." Kata itu keluar dari mulutnya, seraya ia mengelap keringat dingin di mukanya. Ini masih sehari setelah dia bercek-cok pedas dengan Rachel. Tentu saja, para kawannya tak mau barengan sama dia. Louise menghela napas panjang dan segera merangkak menuju tangga turun bunk bed dia.
Setelah mencapai lantai tanpa kecelakaan, dirinya langsung menyiapkan item hiegenis yang hendak dirinya bawa bersama ketika mandi dan berpakaian dalam tas kantong kain berwarna krem. Louise pun berjalan agak cepat ke tempat tujuannya. Takut dia tak bisa mendapat urutan yang terdepan.
Tetapi, saat tiba, entah mengapa subuh ini kamar mandi sepi. Biasanya jam segini udah rame. Setiap dia dan tiga orang se-tim-nya selesai dengan bisnis masing-masing, saat keluar pasti sudah berbaris setidaknya 10 orang di depan pintu kamar mandi atau di dekat wastafel-wastafel, melakukan aktivitas seperti menggosok gigi atau menyisir rambut di depan kaca. Tapi, tak ada.
Mungkin mereka juga kebablasan tidur. Soalnya kemarin hujan turun. Deras lagi tuh. Pakai guntur segala. Karena dingin, tidurnya makin nyenyak. Alias, males bangun karena dingin pengennya selimutan terus.
Yang rajin kayaknya cuma anak-anak buahnya si mantan informan rahasia Pasukan Pengintai. Batin Louise berpikir begitu. Mereka bertiga aja kayaknya yang bangun pas cuaca begini. Sekarang saja masih berintik-rintik. Mungkin bentar lagi, akan deras lagi.
Apakah latihan di lapangan hari ini akan ditiadakan dulu? Sampai hujannya reda?
Kalau gitu, apa sebaiknya aku kembali ke kamar saja? Lagian Rachel, Rena, dan Claire pasti sedang mandi sekarang.
Rasanya aku mau tidak mau bertemu. Aku tidak mau berkonfrontasi dulu dengannya...
Tanpa sadar, sembari termenung, raga Louise sudah memasuki kamar mandi. Selama ia berdialog dalam batin. Alasan dia agak ragu pergi ke kamar mandi tadi, berdiri persis di hadapannya. Seketika badan Louise serta gadis bernama Rachel terbeku menatap sesama dalam rasa kejutan.
"A..!" gemaan kecil terselibat dari mulut si gadis dengan rambut coklat. Mulutnya berbusa, gara-gara dia barusan ditengah-tengah kegiatan menginclongkan gigi dengan sikat.
"A..." lanjut dari kelopak bibir kering Louise. Dua insan itu terpatung di tempat dengan mata saling tatap-tatapan sejajar satu sama lain. Rachel pun tergegau, lalu balik pandang dari Louise balik ke kaca wastafel. Lanjut menggosok gigi dan membuang ludah bersama kumur-kumur dengan air. Sebaliknya, Louise tetap terpatung di tempat ia berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]
FanfictionSejak pertama kali Pasukan Pengintai beroperasi, mereka telah dibenci oleh masyarakat di dalam dinding akibat banyaknya prajurit yang menjadi korban jiwa serta pengorbanan sia-sia yang sama sekali tidak membuahkan hasil. Tetapi pada tahun 845, Koma...