"Aku akan membunuh kalian semua...." Gumam bocah brunnete yang setengah sadarkan diri, membuat semuanya terdiam dalam ketakutan.
"Eren!?" Panggil Armin. Eren mulai siuman sepenuhnya, membuka matanya lebar. "Eren, apa kamu bisa bergerak? Apa kamu sudah sadar? Jelaskan pada mereka semua! Aku yakin mereka akan mengerti!" Seru Armin padanya.
"Apa kau mendengarnya? Dia berkata: "Aku akan membunuh kalian." Kata Para prajurit di bawah pimpinan Weilman itu ketakutan. Eren menatap mereka yang telah bersedia dengan pedang mereka dan memandangnya seperti jika mereka memandang seorang monster.
"Kadet Yeager, Ackerman, dan Arlert! Tindakan kalian akan dianggap sebagai pengkhianatan! Apa pembelaan kalian?! Jika kalian mencoba untuk bergerak atau lari, kalian akan langsung ditembak dengan meriam! Aku tanya sekali lagi, siapa kau? Manusia atau Titan?!" Seru Weilman.
"Aku tidak mengerti pertanyaan itu!" Balas Eren lantang. "Kau pura-pura tidak tahu ya, Monster sialan! Kami akan langsung menembakmu sekarang juga! Kami tidak akan membiarkanmu menunjukkan wujud aslimu lagi!" Tutur Weilman.
"Wujud asliku?" Tanya Eren tidak mengerti.
"Semua orang melihatnya! Kau muncul dari bangkai Titan itu! Umat manusia tidak bisa membiarkan makhluk sepertimu tinggal di dalam Dinding Rose! Meskipun kau adalah prajurit yang sudah bersumpah pada Raja, kami harus membasmi segala ancaman yang ada!"
"Aku tidak salah! Armor Titan yang menghancurkan Dinding Maria dapat muncul kapan saja! Umat manusia bisa terancam punah! Apa kau mengerti?! Kami tidak bisa membuang-buang pasukan dan waktu hanya demi kau! Aku akan menembakmu dengan meriam!" Lanjut pria itu memaki.
"Komandan, meriam sudah siap!" Lapor salah satu prajurit Penjaga Dinding, ketika diberi tanda dari rekannya.
"Keahlianku adalah memotong daging. Jika dibutuhkan, aku siap untuk menunjukkannya. Siapa saja yang ingin mencobanya, silahkan maju." Ancam Mikasa dengan wajah mengerikannya.
"Mikasa, jangan melawan mereka! Selain dinding, kita mau lari ke mana lagi!?" Cegah Armin. "Aku tidak peduli siapa lawanku. Aku tidak akan membiarkan mereka membunuh Eren. Aku tidak peduli dengan yang lainnya." Balas gadis oriental berambut bob itu. "Kita harus berbicara dengan mereka! Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi! Mereka hanya ketakutan!" Tukas Armin memohon.
"Aku tanya sekali lagi! Siapa Kau?!" Sorak Weilman bertanya. Kedua perjaka itu terdiam, sementara Mikasa masih mematai prajurit Pasukan Penjaga Dinding itu dengan tajam.
"Aku adalah manusia!!!" Teriak Eren lantang dan keras.
Weilman seketika mengangkat tangannya perlahan-lahan, Mikasa mengerti maksud itu dan langsung lari membopong Eren pergi. Sebuah kunci yang tergantung pada lehernya, keluar. Beberapa saat kemudian, Eren turun menarik Mikasa bersama Armin. Meriam pun ditembakkan, sebelum itu bisa terjadi Eren menggigit tangannya.
Semua prajurit baru yang berada jauh dari lokasi panik kala melihat asap yang muncul dari tempat itu. Beberapa prajurit 104 naik keatas atap rumah untuk melihat hal yang terjadi lebih jelas. Apa yang dilihat setelah asap meriam memudar, mengejutkan seluruh pasukan. Sebuah kerangka Titan setengah jadi terbuat entah darimana.
"Tetap bersiaga! Cepat isi ulang meriam!" Perintah Weilman pada pasukannya.
________________
.
.
.
.
"Tadi benar-benar suara meriam?! Suaranya sangat keras, tapi dampaknya dan panas ini... dan sekarang kita berada di dalam tulang raksasa—"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]
FanfictieSejak pertama kali Pasukan Pengintai beroperasi, mereka telah dibenci oleh masyarakat di dalam dinding akibat banyaknya prajurit yang menjadi korban jiwa serta pengorbanan sia-sia yang sama sekali tidak membuahkan hasil. Tetapi pada tahun 845, Koma...