Uap panas dari si Dewa Kehancuran terlihat putih dan pekat, menguap ke atas langit. Disana berdirilah sesosok perjaka brunette yang baru saja kehilangan teman kecilnya. Eren masih menatap tubuh Armin yang sehitam arang itu dengan pandangan shock terpancar dalam iris hijaunya.
"Harusnya aku sudah tahu akan jadi seperti ini... Tapi, tak ada pilihan selain bergantung pada kemampuanmu. Armin, kenapa kamu tadi tidak melarikan diri saja?" Gumamnya pada diri sendiri dengan mengenaskan.
Eren memejamkan matanya rapat merasa menyesal sampai tiba-tiba dari arah kirinya terdengar dentuman besar kaki raksasa yang berlari menuju tempat dia berada. Rupanya itu adalah Titan berkaki empat beserta Zeke yang bertuju untuk menyelamatkan rekan mereka yang dalam keadaan sekarat. Titan berkaki empat itu melompat kearah Eren, secara spontan pemuda itu langsung menodongkan pedangnya pada leher Bertolt yang berhasil dia sandra, hendak menghabisinya disitu juga.
"Jangan mendekat! Kalau kalian berniat untuk merebutnya, aku akan langsung bunuh dia!" Ancamnya keras pada pria berjenggot tebal yang kedua tangan dan kakinya sama-sama tidak ada lagi. Mereka bertiga terdiam, Eren melototi musuhnya dengan mata menusuk.
"Apakah kau... Eren Yeager?" Tanya pria berambut pirang dibelah dua itu. Seketika Amarah Eren melunjak, dia sigap menekankan tusukan pedangnya lebih dalam hingga mengeluarkan beberapa butiran darah yang berceceran.
"Kau sama sekali tidak mirip dengan ayah, ya?" Gumam Zeke sekali lagi. Sesaat Eren terlena akibat pernyataan yang baru saja dilontarkan kepadanya. 'Apa yang dia maksud ayah?' Eren terbingungkan oleh ini, tetapi dia masih berusaha untuk tetap waspada.
"Percayalah padaku, akulah yang paling memahamimu. Kita ini adalah korban dari ayah, otakmu telah dicuci olehnya." Oceh laki-laki berkaca mata bulat itu tak masuk akal. Namun ketika dilihat-lihat lagi, wajah yang dimiliki si Titan-shifter berjenggot yang ada di depan itu mirip sekali dengan wajah ayah Eren, Grisha Yeager.
Tak lama setelahnya, Zeke mendongak ke atas dengan muka terkejut terheran-heran. Ketika dia merasakan hawa keberadaan si prajurit terkuat umat manusia seorang diri, yang dia kira sudah mati. Telah sampai di atas dinding, siap untuk membunuh dan mencincangnya sekali lagi.
"Woi, seriuslah! Tak kusangka dia akan mengejarku sampai kesini!" Desau Zeke memperhatikannya gerak-geriknya panik, seraya lelaki pendek dengan gaya rambut undercut itu dengan cepat turun dari atas dinding menuju ke tempatnya.
"Aku mengerti kok, Levi! Karena terluka, anggap saja ini seri. Maaf Bertolt, sepertinya kamu cuma bisa sampai disini saja." Titan berkaki empat itu mulai berputar balik membawanya rekan yang menumpanginya melarikan diri.
"Eren, suatu hari nanti aku akan menyelamatkanmu!" Titah pria bermanik abu-abu muda itu sebelum benar-benar menghilang dari penglihatan lawan bicaranya. Sesegeranya, Levi pun mendarat di lokasi itu, pas sekali saat Zeke sudah menjauh.
"Barusan adalah gas terakhirku! Aku akan mengejarnya! Cepat berikan gas dan pedangmu!!!" Perintah Levi kepada si remaja berkalungkan kunci penting di lehernya.
"Baik!" Eren langsung mengurungkan niatnya untuk membunuh bertolt dan langsung membongkar peralatannya yang tersisa. Tetapi dalam sekejap dia berhenti bergerak, ketika mendengar batukan kecil dari mayat yang telah terbakar hangus.
****
Hari telah menjelang sore, awan yang semula putih layaknya kapas sekarang sudah menjadi oranye kekuningan. Kelima orang yang berhasil mengalahkan Armored Titan sedang mengobati diri mereka dan beristirahat sebelum melakukan pergerakan selanjutnya.
"Reiner, kotak besi yang kau masukkan ke dada kirimu ini apa?" Tanya Hange pada pemuda bersurai gundul yang telah menjadi tawanan Pasukan Pengintai untuk sementara. Dia sedang dalam keadaan tidak bisa melakukan apa-apa, dengan anggota gerak yang terasa kebas juga kepala yang masih belum beregenerasi sepenuhnya, dia tak punya pilihan lain selain menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LAST WAR [SHINGEKI NO KYOJIN X OC]
FanfictionSejak pertama kali Pasukan Pengintai beroperasi, mereka telah dibenci oleh masyarakat di dalam dinding akibat banyaknya prajurit yang menjadi korban jiwa serta pengorbanan sia-sia yang sama sekali tidak membuahkan hasil. Tetapi pada tahun 845, Koma...