—Salam Literasi—
-&-
Derajat tertinggi mencintai adalah melepas dia bahagia meski bukan bersama kita.
-&-
Sudah puluhan hingga ratusan kali Lian mencoba menghubungi adiknya, tapi Farez belum juga ada kabar sampai-sampai dia meminta bantuan kepada Bian guna memastikan adiknya baik-baik saja.Bian :
|Dia mau ke rumah sakit katanyaPesan singkat Bian membuat laki-laki itu lega setidaknya Farez baik-baik saja.
Tidak lama dia datang, tapi wajahnya terlihat kusut sama seperti Naya tadi. Lian membiarkan Farez duduk dan diam sedikit lama sebelum Lian jengah dan memulai obrolan. "Lo kenapa?!"
"Bang, gara-gara gue Mama lo ninggalin lo, ya? Gara-gara gue Mama sama Papa pisah. Andai gue nggak lahir," ujarnya cemas.
Lian sudah memprediksi hal ini akan terjadi dengan enteng Lian menjelaskan ini semua bukan kesalahan Farez toh, ini juga sudah terjadi tidak ada yang perlu disesali.
"Dahlah, singkatnya gini Mama gue Mama lo juga," pungkasnya membuat hati Farez sedikit tenang. "Lo nggak dendam gitu sama gue, Bang?!"
Sontak Lian tertawa kecil, buat apa dendam yang ada hanya akan menambah masalah demi masalah.
"Oh, ya, Bang. Meski gitu gue nggak yakin Mama bakal nerima gue! Orang Papa aja benci banget sama gue," tandasnya mengalihkan pandang. "Ckckck, lo tenang aja Mama udah berubah, Rez. Nggak kayak dulu pas ninggalin kita."
Farez mengiyakan mencoba mencerna setiap kalimat yang terucap dari mulut kakaknya, ada benarnya juga.
"Lo pulang sana!!"
"Lha kenapa?!""
Lian menggeleng, "udah jam sebelas, besok lo sekolah. Mau bolos lo?!"
"Etdah santai aja kali, Bang. Ngegas mulu jadi orang euhm, ini nih pasti ketularan kak Naya," goda Farez menyipitkan mata. "Lha kenapa lo bawa-bawa Naya?!"
"Cie marah, dah ah, Bang. Otak lo makin geser sejak jatuh dari tangga coba benturin sekali lagi siapa tahu bisa normal gitu, hahaha."
"Lo mau gue mati, hah?" Farez menghentikan tawa kemudian pamit pulang.
****
Acara wisuda tanpa kehadiran ketua OSIS mereka, pasalnya Lian masih harus menjalankan perawatan. Namun, waktu bersih-bersih barulah dia hadir untuk bantu-bantu. Katanya keadaannya semakin membaik.
Awalnya semua berjalan baik-baik saja sampai saat mereka lelah, ada pertunjukan gratis di aula.
Anak pramuka menari membentuk formasi hati, mereka menari menggunakan bendera simapore.
Tidak jauh dari itu semua, tim kesehatan yang berasal dari ekskul PMR masih berpakaian serba putih membawa kertas karton yang sudah tertulis huruf-huruf.
"Happy birthday Anaya Bestari." Mereka membacanya bersama-sama
Sontak mereka tertawa sekaligus terhibur dengan pertunjukannya. Seorang laki-laki memasuki ruangan dengan membawa satu kue besar yang penuh ikon kucing.
"Happy birthday Anaya Bestari!!" seru mereka membuat Naya menahan tawa, ternyata ulah Lian terlihat cowok itu nyengir tanpa dosa.
"Gue nggak akan baper orang cuman ginian doang, hah itu mah kecil!" cibir Naya berjalan jumawa melewati beberapa orang, dia berdiri di depan kue itu.
"Make a wish."
Naya nurut saja kemudian meniup lilin-lilin itu secara serempak.
Sorak tepuk tangan terdengar riuh gembira, sedikit mengurangi rasa lelah mereka.
"Masak sih lo nggak baper, padahal ...."
"Padahal apa? Eh, lo sogok apa tuh anak ekskul PMR sama pramuka bisa-bisanya mereka nurut sama lo?" tanya Naya dengan suara pelan, agar tidak banyak yang mendengar. "Gue sogok bakso ibu kantin semangkok."
"Hah?!"
"Udah cepetan dipotong kuenya, liat mereka dah pada ngiler noh."
"Ish, iya-iya nggak sabaran banget jadi orang astagaaa!" kesal Naya berusaha untuk tersenyum saat membagikan kue.
"Wahh, makan-makan nih lumayan." Bian tersenyum riang, bahkan dia mengambil kuenya sendiri tentu saja dengan porsi yang lebih banyak daripada mereka.
Untung dewan guru sudah pulang, seumpama masih ada nggak bakal Lian membuat kejutan untuk Naya.
"Anaya gue sayang sama lo, tunggu gue ke rumah lo, ya."
Perkataan sederhana yang mampu membuat hati Naya tidak tenang, perasaannya tak karuan, dan sungguh dia ingin melompat sekarang juga merasa kaget sekaligus malu.
"Cielah KETOS-nya udah meleleh."
"Saya mencium aroma bucin di sini."
"Akhirnya, sobat gue gak jomlo akut lagi."
"OSIS mantu oyyy!!"
"Entar gue bagian terima tamu."
"Dokumentasi malam pertama," ujar Bian membuat Setya tertawa bisa-bisanya kakak kelas yang satu ini. "Seumpama ditolak gue yakin masuk rumah sakit lagi tuh anak."
Lian mengabaikan perkataan teman-temannya, pandangannya terkunci pada seorang gadis yang lama menunduk.
Pipi Naya memerah, gadis itu terpaku beberapa saat. Dia tidak menjawab tidak pula merespon, tapi sebuah tepukan halus menyadarkannya. "Nay, diajak ngomong kok diem?!"
"Hah?" Ada rasa tidak enak ketika Belva tersenyum tulus ke arahnya. "Tapi, Bel. Lo?!"
"Derajat tertinggi mencintai adalah melepas dia bahagia meski bukan bersama kita. Gue udah rela lo sama Lian, asal dia bahagia."
.
.
.Satu kata buat Lian?
Me : Bisa-bisanya lu buat gue senyum-senyum sendiri.
Next ga? Nanggung nih.
![](https://img.wattpad.com/cover/230984386-288-k250072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AULIANAYA [END]
Novela JuvenilJudul awal : Prasasti Hati Anak Organisasi "Gue nggak akan jatuh cinta sama anggota OSIS." Ucapan bisa saja menyimpang, tidak dengan hati yang tidak bisa mengingkari siapa yang ia cintai. Kisah Anaya Bestari, anggota OSIS yang pendiam. Diam-diam men...