—Salam Literasi—
-&-
“Stop mendengarkan ocehan orang lain, karena yang menjalani kita bukan mereka.”
“Jika tidak bisa memberikan semangat, setidaknya jangan merenggut semangat itu.”
-&-
Naya membuka lembaran demi lembaran buku catatan Dika, buku yang selama ini tersimpan rapi di laci dekat tempat tidur. Sebenarnya Dika mengharamkan Naya menyentuhnya, tapi keingintahuan Naya ternyata lebih besar dari larangan kakaknya.
Lembaran pertama mengisahkan kecelakaan setahun yang lalu, kecelakaan yang membuat kakinya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jujur ada sebuah rasa sesak dalam hati Naya, mengingat Dika yang hampir saja kehilangan nyawa, tepat tiga hari sebelum hari kelulusannya.
Dika itu orangnya misterius tidak bisa ditebak, kadang dia begitu ramah. Namun, terkadang juga sangat galak.
Untuk lo,
Perempuan yang berjanji sehidup sematiTernyata janji kita tidak lebih dari sekadar wacana. Lo memilih pergi dengan alasan melanjutkan study, padahal gue tahu lo nggak pernah bisa mencintai gue apa adanya. Lo menghindar karena gue nggak sempurna. Terima kasih telah mencintai, meski hanya bualan semata.
-Mahardika Reynaldi"Apa gadis yang dimaksud kak Dika itu kak Raisa? Perempuan yang pergi saat mengetahui kondisi kak Dika setelah kecelakaan?" Banyak pertanyaan di benak Naya sekarang, dulu Dika sempat menceritakan kekasihnya yang pergi entah ke mana. Hubungan yang mereka bangun sejak kelas 9 SMP harus kandas saat hari kelulusan SMA. "Dia jahat banget emang, nggak tahu diri. Masak cuman nyari senengnya doang!" gerutu Naya.
Siklus kisah kita,
Berawal dari asing menjadi akrab, kemudian waktu membawa kita untuk memilih bertahan dengan kata 'sahabat' atau memulai sebuah hubungan yang lebih dekat. Sayang, baru separoh jalan engkau malah mundur dengan sebuah tekad. Tidak ada kata untuk menahan, di saat aku sendiri rapuh oleh keadaan.
-Mahardika ReynaldiTahun depan : sukses terapi, masuk universitas.
"Aamiin, semoga lekas sembuh, Kak." Naya mengembalikan buku catatan itu, karena suara gerbang terbuka pasti itu Dika. Karena tadi Dika memeriksakan kesehatan hamsternya.
Naya langsung menyambut kakaknya, dia membantu Dika mendorong kursi roda. "Udah lama, Nay?!"
"Euhm, lumayan lha. Oh, ya tadi Naya ke kamar Kakak pinjem charger." Dika hanya mengangguk. Lebih baik Naya yang melapor dari pada body guard Dika yang memberi tahu nanti.
Dika memasukkan hamster ke kandangnya lagi, tidak ada lekung senyuman yang tercetak di wajah laki-laki itu.
"Kakak kenapa?" Dika mengembuskan napas kasar. "Gue durhaka banget, ya, Nay? Adik sama orang tua gue susah, tapi gue malah tinggal di rumah mewah?!"
Naya menggeleng. "Kakak mah selalu aja ngomong gini, padahal Kakak udah bantu banyak buat keluarga. Sekarang Naya tanya, siapa yang modalin Bapak sampai bisa buka usaha toko sembako? Siapa yang nyekolahin Naya?!"
"Semua itu belum sebanding dengan apa yang gue dapetin dari orang tua angkat gue, Nay," jawab Dika yang mulai resah. Naya tersenyum, mencoba membuat kakaknya mengerti adalah pekerjaan yang paling sulit.
"Kak, ada yang ngomong aneh sama Kakak?" tebak Naya membuat Dika bungkam, tidak menjawab. "Please deh, Kak. Jangan dengerin ucapan orang lain karena orang lain nggak tahu kehidupan apa yang kita jalani."

KAMU SEDANG MEMBACA
AULIANAYA [END]
Fiksi RemajaJudul awal : Prasasti Hati Anak Organisasi "Gue nggak akan jatuh cinta sama anggota OSIS." Ucapan bisa saja menyimpang, tidak dengan hati yang tidak bisa mengingkari siapa yang ia cintai. Kisah Anaya Bestari, anggota OSIS yang pendiam. Diam-diam men...