Bab 6 : Arrogant bitch

469K 24.7K 674
                                    

"Tidak ada kata-kata terakhir?" Noah menekan pelipis Anaya dengan ujung pistol lebih keras.

Sementara Jack hanya bisa diam menatap Anaya yang masih terlihat tenang.

"Katakan sesuatu, jalang." Noah menekan lagi pistolnya."Jangan sok tenang."

"Silakan tembak saja." Akhirnya Anaya mengeluarkan suaranya.

"Jangan menantangku. Ini bukan pertama kalinya aku menembak wanita."

"Tembak saja."

Noah menyeringai."Ayo kita lihat setelah ini apakah kau masih bisa menyombongkan dirimu seperti itu."

"Silakan tembak aku."

Jawaban Anaya membuat Noah tercengang sekaligus semakin marah. Dia sekali lagi menekankan pistolnya tapi betapa kagetnya dia saat Anaya merebut pistol itu dengan cepat, balik menodong ke arah Noah.

Noah terkejut setengah mati dengan para bodyguard yang mulai berdatangan, menodongkan senjata ke arah Anaya.

Anaya menatap Noah lekat-lekat, mulutnya terkatup rapat, wajahnya tenang namun menyimpan ketakutan yang bercampur dengan kekesalan.

Sementara Noah masih belum bisa berkutik. Bukan karena dia takut pada peluru, namun dia masih tidak menyangka gadis ini berani menodongkan senjata ke arahnya.

"Aku tau ini tidak ada pelurunya." Dia membalikkan pistolnya dan menyerahkannya kembali pada Noah yang masih membeku.

Noah mengusap mulutnya dan mengambil pistol dari tangan Anaya dengan kasar. Matanya masih menatap tajam pada gadis itu.

"Ambilkan pelurunya." Perintah Noah pada bodyguard yang ada di sana.

"Sir..." Jack terkejut.

"Kau diam. Aku bilang ambilkan pelurunya."

"Sir jangan gegabah."

"AMBILKAN PELURUNYA BRENGSEK!"

Salah seorang anak buah Noah datang dan menyerahkan peluru. Noah memasangkannya di dalam pistol miliknya, kemudian menarik pelatuk dan kembali menodongkannya ke depan wajah Anaya.

Kini gadis itu berubah menjadi semakin takut, walaupun dia berusaha untuk menyembunyikan ketakutannya sebisa mungkin, tapi raut itu tetap saja terlihat. Jarinya gemetar dan kakinya membawanya mundur selangkah. Dadanya mulai naik turun karena dentuman di jantungnya yang mendadak cepat.

Astaga benarkah dia akan menembakku? Seperti Miranda?

Noah menatapnya dengan bola api di matanya. Suasana mencekam dengan semua koki dan bodyguard yang diam seribu bahasa, mereka mengerti betul kalau sekarang tuan mereka sedang marah besar.

"Kau menantangku, huh? Aku tidak segan-segan menembak siapa saja."

Geraman Noah membuat Anaya diam-diam melangkah mundur. Noah maju lagi. Kemarahan sudah membungkus seluruh kepala pria 28 tahun itu.

"Kali ini aku tidak bercanda." Mata api Noah berhasil membakar jiwa Anaya.

Dia kembali berjalan mundur, kerongkongannya tercekat cukup parah, bersiap untuk mati.

"Jangan berani menantangku, jalang." Noah menarik pelatuk.

Anaya memejamkan matanya. Pertanyaannya adalah, sudah siapkah dia untuk mati? Tidak. Dia tidak ingin mati konyol. Hah siapa pria brengsek ini?

BERLINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang