Berhenti menyebut bayiku anak haram.
Kau tak pernah tau seberapa sakit mendengar kata-kata itu...Laki-laki itu memasukkan kedua tangannya ke saku, berdiri menghadap jendela ruangannya yang langsung mengarah pada pemandangan bangunan-bangunan bergaya Eropa kota Berlin. Namun pikirannya berada di tempat lain.
Pikiran tentang wanitanya selalu berhasil membuatnya teralihkan. Dan kini dia disini, di ruangannya, baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Memang pekerjaannya apa? Tentu saja dia hanya menampakkan batang hidungnya di kantor sesekali, dan menatap layar komputer, menonton segala aktivitas Anaya dari layar. Dan sekarang gadis itu baru saja tertidur.
Tapi hei tidak hanya itu, dia baru saja menyelesaikan rapat beberapa jam yang lalu. Noah punya otak yang bagus dalam bidang pemasaran, tanpa dia, perusahaan itu tak akan berjaya seperti sekarang.
"Kau memanggilku?"
Noah berbalik menghadap pintu yang baru saja terbuka dan menampilkan sosok Elijah, tengah memasang raut wajah datar.
Hubungan Elijah dan Noah bisa di bilang mulai renggang akhir-akhir ini. Oh sudah pasti. Meskipun Anaya hanyalah sepupunya, tetap saja dia adalah keluarganya.
"Duduk." Kata Noah setelah menghela napas dan berjalan ke sofa.
Elijah mengikutinya, duduk menyilangkan kaki dan menatap bosnya itu dengan wajah masih datar. Dia tidak membenci Noah, namun dia benar-benar belum bisa memaafkan hal-hal jahat yang dilakukan laki-laki itu pada Anaya.
Mungkin dia masih butuh waktu.
Jangan lupa, Elijah pun laki-laki brengsek yang gemar selingkuh, tapi tetap saja dia tak menyangka temannya ini bisa lebih dari sekedar brengsek. Baginya dia adalah iblis yang sudah merusak masa depan saudaranya.
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?"
"Tentang Anaya."
Noah menatap serius ke dalam bola mata Elijah yang tengah mengangkat tangannya di udara.
"Langsung saja."
Yah mereka tak pernah bicara seserius ini sebelumnya dan ini benar-benar canggung. Namun tidak bagi Noah, dia sama sekali tak merasa canggung.
"Aku tak peduli kau membenciku—"
"Jangan bertele-tele. Pekerjaanku masih banyak." Potong Elijah.
"Aku atasanmu, dan kau tetap harus punya sopan santun untuk tau bahwa kau tak seharusnya memotong kata-kataku."
"Langsung pada intinya."
Noah menggigit giginya namun dia menahan amarahnya kali ini. Jika melihat wajah sedih Anaya kemarin, membuat Noah benar-benar ingin menghajar Elijah.
Meskipun dia pun menginginkan hal yang sama. Menggugurkan kandungan itu. Tapi sekarang, kenyataannya tak seperti itu.
Dia tak siap jadi ayah, namun lebih tak siap lagi jika harus kehilangan gadis itu.
Persetanlah!
"Aku ingin tau tentang gadis itu." Kata Noah akhirnya.
"Kau dan dia tinggal bersama, bertanyalah padanya. Oh satu lagi, kalian pacaran." Cibir Elijah.
"Kau tau aku tidak pandai dalam hal itu."
Elijah tau sahabatnya ini tak tau bagaimana cara mengekspresikan perasaannya. Khususnya pada wanita. Dia tak tau caranya memperlakukan wanita dengan baik atau sekedar mengungkapkan perasaan cintanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 20/09/20