Hari-hari berikutnya masih sama. Noah terus menerus mengikuti Anaya meskipun secara diam-diam karena tak ingin ketauan. Lagipula dia ingin menghilang sebentar agar membuat Anaya rindu.
Terkadang dia hanya berjalan di belakangnya dengan topi dan masker mengikuti gadis itu kemanapun dia pergi. Atau terkadang dia hanya menunggu di dalam mobil, melihat dari jauh.
Dia ingin memberikan waktu lebih banyak hingga gadis itu datang dengan sendirinya kepadanya.
Tapi kapan?
Ini sudah hampir satu bulan mereka tak berkomunikasi sama sekali.
Sore itu Anaya pulang melewati trotoar yang biasa dia lewati menuju apartemennya. Malam perlahan datang dan hujan mungkin akan turun karena hari ini benar-benar mendung.
Dia merindukan Noah.
Dia menginginkan pria itu tapi pria itu ternyata tak menginginkannya. Semua yang dia lakukan hanyalah sebagai usaha untuk menebus semua kesalahannya. Bukan karena dia mencintainya.
Aku tidak mencintaimu. Aku tidak pernah mencintaimu.
Anaya tak ingin mempercayai itu. Mungkin Noah waktu itu hanya emosi. Begitu pikirnya.
"Kenapa kau masih mengikutiku, Noah?"
Deg.
Pria di belakangnya segera memalingkan muka dan menurunkan topinya agar wajahnya tak kelihatan.
"Apakah kau ingin mengatakan sesuatu?"
"Aku tidak mengikutimu."
Anaya menggigit bibirnya dengan keras."Lalu siapa yang kau ikuti? Apakah kau pikir aku tidak tau kalau kau selalu datang ke toko roti dan memarkirkan mobilmu di depan hanya untuk melihatku? Kau juga selalu datang meletakkan makanan dan bunga di depan pintu apartemenku. Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?"
"Aku ingin meminta maaf."
"Kalau itu soal Adriana dan Mom Emily atau segala hal buruk yang kau lakukan padaku, aku sudah memaafkanmu. Kau tau aku bukan orang yang memendam kebencian." Anaya merasakan debaran di jantungnya."Apakah ada hal lain yang ingin kau katakan?"
"Tidak ada, hanya itu saja."
Anaya datang lebih dekat agar dia dapat menatap mata pria itu dengan jelas karena hanya itu yang tampak. Dia... benar-benar ingin menangis karena rindu. Dia ingin memeluk ayah dari anaknya itu.
Dia... ingin menjadi koalanya Noah lagi.
Oh God!
Tapi... lagi-lagi dia diingatkan bahwa pria itu tak mencintainya. Pria itu bohong kan? Dia mencintai Anaya bukan? Anaya hanya ingin mendengarkan itu.
Dia hanya ingin mendengar kejelasan atas perasaan Noah untuk dirinya. Namun Noah malah berbalik untuk pergi dari sana sebelum...
"Bisakah kau berhenti melakukan ini? Karena... dengan begini aku... tak bisa berhenti memikirkanmu."
Noah menelan ludahnya. Sementara Anaya mulai meneteskan air mata dan mengangkat tangannya pasrah. Rintik hujan mulai turun membasahi bumi.
"Berhenti mengikutiku. Berhenti memberikanku perhatian karena aku bisa saja mengharap lebih. Aku bisa saja salah mengartikannya dan itu menyakitkan bagiku."
"Aku belum menemukan dalang dari teror waktu itu, aku tak mau membahayakanmu. Karena itu aku melakukan ini. Aku harus memastikan sendiri bahwa kau dan anakku baik-baik saja."
"Apakah memang hanya karena itu?"
Noah mengangguk ragu."Ya. Jika semuanya sudah aman, aku akan... berhenti."
![](https://img.wattpad.com/cover/241321015-288-k729576.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 20/09/20