"Sekarang kehamilan Anda sudah masuk usia lima belas minggu. Anda bisa melihat dia sudah semakin bertumbuh. Sudah ada tangan, kaki dan otaknya juga terus berkembang."
Noah dan Anaya kembali menatap pada monitor. Ya ampun bayi mereka terlihat begitu sehat dan menggemaskan. Anaya tak bisa memindahkan matanya dari monitor. Begitupun dengan Noah. Keduanya tampak menyukai pemandangan di monitor itu.
Sedari tadi tangan Noah terus menggenggam jemari Anaya yang sedang berbaring.
Oh romantis sekali bukan?
"Anda sangat jarang makan sayuran sepertinya, Nona Anaya?"
"Ya, aku tidak menyukai sayur..." Anaya melipat bibirnya.
"Anda harus memaksakannya walaupun tidak suka. Demi pertumbuhan janin."
"Baiklah."
Setelah sepuluh menit berlalu, Noah dan Anaya keluar dari ruangan dokter kandungan.
Sudah dua bulan berlalu semenjak teror bangkai burung itu. Dan selama itu pula setiap pergerakan Anaya benar-benar di jaga ketat oleh para pengawal. Bahkan Noah sendiri yang akan pergi menemaninya jika dia perlu keluar dari mansion.
Tiada hari tanpa menonton pergerakan Anaya lewat cctv saat laki-laki itu tak berada di rumah.
Seperti sekarang, Anaya melakukan kontrol ke dokter kandungan di rumah sakit karena usia kandungannya yang semakin bertambah, dia membutuhkan dokter kandungan yang ahli.
Dan Noah sengaja keluar dari ruang rapat hanya untuk menemani kekasihnya itu.
Hari-hari berjalan dengan aman tanpa ada teror-teror susulan dari si peneror itu. Meskipun demikian, Noah masih belum berhenti mencari setiap kemungkinan yang ada. Dia tak mempercayai siapapun lagi saat ini. Bahkan pengawalnya sendiri benar-benar di sumpah mati.
Dia juga sudah menambah banyak cctv di setiap sudut mansionnya itu.
"Aku ingin mampir ke supermarket." Kata Anaya kemudian.
"Kau harus beli banyak sayuran."
Anaya mengerutkan bibirnya."Aku akan muntah, aku tak suka sayur, Sayang."
"Kau dengar apa kata dokter tadi?" Noah berdecak sementara Anaya memeluknya dengan manja saat mereka memasuki mobil.
Sepanjang perjalanan Anaya tak pernah melepaskan Noah dari pelukannya dan Noah menyukai itu meskipun dia terkadang kesal karena tingkat manja Anaya semakin lama semakin menjadi-jadi.
Gadis itu bahkan tak malu memeluknya sambil berjalan di trotoar, seperti koala. Dia tak mempedulikan para pengawal atau orang-orang yang melihat karena dia benar-benar tak ingin melepaskan kekasihnya itu.
Ada apa dengan gadis ini? Apakah pengaruh kehamilan lagi?
Anaya pun merasakan kalau dia tak ingin berjauhan dari Noah sama sekali. Sesekali kalau dia kambuh, dia akan menelpon Noah hanya untuk menyuruh laki-laki itu pulang dan memeluknya.
Hhh sangat berlebihan.
Parahnya, Noah melakukannya. Dia akan membatalkan segala urusannya demi itu. Betapa romantisnya laki-laki itu?
"Sayang bolehkah aku membeli ini?" Tanya Anaya ragu sambil menutup wajahnya dengan keripik kentang.
"Tidak."
"Aku mengidam ini."
"Tidak boleh. Letakkan itu, Sayang." Noah mengambil makanan ber MSG itu dari tangan Anaya dan meletakkan kembali pada tempatnya."Sekarang kau harus makan yang sehat-sehat. Pantas saja kau itu bodoh, ternyata kau hobi sekali makan begituan."

KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Roman d'amour[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 20/09/20