Di jam lima pagi, Anaya membuka matanya, merasakan sesuatu menimpanya. Sesuatu yang berat. Dia pun mencium aroma yang tidak biasanya. Saat melihat dengan lebih jelas, hal yang pertama dia lihat adalah tinta yang menempel di kulit dada seseorang.
Matanya membelalak seketika. Berusaha mendorong tubuh yang tengah memeluknya.
Astaga apa-apaan brengsek ini. Dia berani memelukku hah?! Sialan!
"Kenapa kau tidur disini!" Teriakannya membuat Noah hanya mengerang dalam tidurnya tanpa melepaskan tangannya yang melingkar di tubuh Anaya.
Anaya memperhatikan tubuhnya sendiri. Tanpa di sadari dia pun ternyata sedang memeluk Noah. Bahkan tidur di dadanya. Tubuh mereka saling berhadapan di atas ranjang besar ruangan inap itu.
"Lepaskan aku..."
"Diam."
"Kau membuatku sesak."
"Hmm..."
"Kenapa kau tidur disini." Anaya mengulanginya.
"Aku tidak biasa tidur di sofa. Tubuhku sakit."
"Kau punya kamarmu sendiri. Dasar sialan. Kau mencari kesempatan dalam kesempitan ya?"
"Hmm..."
"Pergilah aku tidak bisa bernapas!"
Noah membuka matanya pelan lalu berdecak sambil mendorong Anaya menjauhinya."Kau gemar sekali mengganggu orang tidur. Apakah itu memang semacam hobimu? Lihat! Di jam 5 pagi? Siapa yang bangun di jam 5 pagi?!"
Anaya bergerak menjauhinya. Untungnya ranjang ini cukup besar hingga masih ada ruang kosong di antara mereka.
"Aku masih mengantuk. Kubunuh kau kalau berani membangunkanku lagi."
"Oh ya? Kalau begitu biar aku saja yang tidur di sofa. Tidak sudi sekali tidur bersebelahan denganmu."
Anaya bersiap-siap melompat untuk tidur di sofa namun tangannya segera di tarik oleh Noah dengan kasar, membuat gadis itu meringis sakit.
"Tidur disini. Jangan banyak membantah. Kapan sembuhnya kau itu? Aku sudah tidak sabar mengusirmu dari sini. Menyusahkan sekali jadi wanita."
Noah bergeser lebih jauh, nyaris ke pinggir ranjang untuk memberikan ruang bagi Anaya.
Hah! Pria ini sangat menyebalkan. Untuk apa pula dia harus tidur di sini saat dia punya banyak kamar yang bisa dia tempati? Jelas sekali dia hanya ingin membuatku terganggu.
Dengan berat hati Anaya pun kembali tidur, namun membelakangi Noah. Menghirup udara dan mulai memejamkan matanya.
"Jangan membelakangiku, tidak sopan!" Dengan kasar Noah menarik bahu Anaya, membuatnya berputar menghadapnya lagi.
Glek.
Anaya harus menelan ludah dengan susah payah begitu mata mereka menyatu. Jantungnya mendadak berdetak cepat.
Kenapa aku harus melihat dia sedekat ini? Harusnya aku membenci orang ini. Tapi mengapa aku malah ingin dia menyentuhku? Astaga! Aku sudah dirasuki. Orang ini benar-benar penuh dengan iblis.
Sedangkan di sebelahnya, Noah tidak menyadari bahwa dirinya sedang tersenyum dan tidak bisa melepaskan matanya dari wajah Anaya yang terlihat gugup.
Noah ingin sekali mengelus kepalanya, lalu pipinya, lalu lehernya, lalu meremas payudaranya, lalu menyentuh kewanitaannya, lalu menerjangnya. Jantung Noah berdetak cepat merasakan nafsunya yang mulai berontak.

KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 20/09/20