Bab 48 : Revenge

219K 14.5K 1.2K
                                    

Anaya berjalan susah payah di seret oleh Hanson ke dalam sebuah ruangan redup. Ini bukanlah tempat menyeramkan seperti dalam bayangannya. Ruangan ini tertata rapi. Seperti sebuah ruangan di dalam apartemen.

Hanson mendorong tubuh Anaya ke sebuah kursi kemudian berjongkok di depan gadis itu. Anaya menatap Hanson dengan wajah gemetaran, ketakutan sudah menguasai dirinya.

Sementara laki-laki itu hanya tersenyum seperti biasa. Senyum ramah yang membuat Anaya percaya bahwa penampilan tak mencerminkan pribadi seseorang. Tapi Hanson, membuat persepsi itu patah begitu saja. Penampilannya yang bagai joker tak kalah menyeramkan dengan sifatnya.

"Terkejut, Anaya?"

Anaya masih saja tak mampu mengeluarkan sepatah kata. Jantungnya berdegup sampai terasa akan meledak. Matanya menyapu sekeliling dan mendapatkan banyak foto wanita yang tidak dia kenal di dinding.

Hanson tersenyum saat menyadari arah pandang Anaya."Kekasihku, Miranda Eve."

Darah Anaya langsung mendesir. Kini pandangannya kembali mengarah pada laki-laki itu. Dan Hanson menghela napas pelan, matanya menggelap.

"Kau ingat saat aku mengatakan padamu tentang kekasihku yang dibunuh? Itu adalah Miranda yang di bunuh oleh suamimu."

Anaya masih tak menduga hal ini. Tubuhnya mendesir dan bulu kuduknya merinding.

"Aku menyukaimu, Anaya. Kau seperti gadis baik-baik. Terlalu baik untuk seseorang seperti Noah. Kenapa kau harus bersama dengannya? Bahkan setelah dia membunuh sahabatmu pun kau masih mau saja kembali pada keparat itu."

Pria itu kini menatap perut buncit Anaya, kemudian menyentuhnya pelan, membuat Anaya tersentak kaget, berusaha menghindari sentuhan itu.

"Miranda juga sedang hamil waktu itu." Desah Hanson."Empat minggu."

Anaya meneguk ludahnya susah payah.

"Aku dan Miranda terpaksa harus menjalani hubungan jarak jauh karena dia ingin kembali ke Berlin saat ibunya mulai sakit-sakitan. Aku tak tau dia bekerja sebagai asisten Noah. Gadis itu tau aku cemburu buta. Dia mengatakan padaku kalau dia bekerja di sebuah perusahaan furniture kecil sebagai karyawan biasa. Aku dan Noah tak punya hubungan buruk sebenarnya, kami dulu hanya sekelas ketika masih berada di Junior High School dan pernah berkelahi sesekali. Yah hubungan kami hanya sebatas itu sebelum kami tumbuh dewasa dan menjalani bisnis masing-masing."

Anaya bisa melihat mata Hanson sarat akan kebencian dan kesedihan yang di tutupi dengan sebuah senyum ramah yang mengerikan.

"Sebulan berlalu semenjak Miranda kembali ke Berlin. Hubungan kami masih sangat baik-baik saja sebelum akhirnya dia tak bisa di hubungi. Aku pun segera terbang ke Berlin untuk melihat kondisinya. Ternyata seminggu yang lalu ibunya meninggal dunia. Namun Miranda masih tak bisa aku hubungi. Aku tidak menemukan kekasihku dimana pun. Sampai akhirnya aku dapat kabar bahwa selama ini dia bekerja dengan Noah Rayan sebagai asisten pribadinya dan mati di bunuh setelah diperkosa olehnya."

"Noah tidak memperkosa Miranda."

Hanson terkekeh marah sambil menatap Anaya tajam."Dia melakukannya, Anaya. Maniak seks itu akan melakukan apapun untuk kepuasan nafsunya."

"Mereka melakukannya atas keinginan bersama."

"Come on! Aku sangat tau bagaimana Miranda. Tak mungkin gadisku itu berani membuka pahanya untuk laki-laki lain kecuali memang ingin mati di tanganku."

Anaya tak mampu berkata apapun saat ini. Kemarahan dan ketakutan bertumpuk menjadi satu. Dia bisa menganalisa apa yang sebenarnya terjadi. Pria gila ini mengekang Miranda hingga membuat gadis itu tak nyaman dan kabur darinya. Dan Noah adalah korban dari kisah cinta beracun mereka.

BERLINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang