Berlin | Extra Chapter

445K 16.5K 1K
                                    

Pria itu tampak tenang saat berada di ruang rapat. Matanya tajam mendengarkan setiap pendapat yang keluar dari mulut rekan bisnisnya.

Satu jam lebih berlalu sebelum akhirnya semua keluar dari ruangan, pertanda bahwa rapat sudah usai.

Pria tampan berusia dua puluh delapan tahun itu kini tampak uring-uringan. Ternyata baru sekarang dia bisa melampiaskan kekesalannya. Hei dia itu sangat kompeten, tak mungkin membawa-bawa masalah pribadi ke dalam ruang rapat bukan?

Panggil saja dia Nicholas Rayan, CEO perusahaan maskapai penerbangan nomor satu di Eropa, Rayan Fly. Perusahaan itu merupakan warisan yang turun temurun dari kakek, ayah hingga kini dia sendiri ditugaskan ayahnya untuk memimpin cabang Milan.

Namun ada satu masalah yang tengah mendera pria itu, kekasihnya, Jessica Richards baru saja minta putus karena tak kuat menjalani hubungan jarak jauh. Itulah yang membuatnya tampak tak karuan sejak tadi.

"Sialan."

"Anda mengatakan sesuatu, Sir?" Keenan menoleh pada Tuannya saat mereka berjalan melewati koridor menuju ruang tunggu bandara yang khusus untuk para penumpang VIP.

Sebenarnya Nicholas bisa saja terbang dengan pesawat pribadinya namun entah ada angin apa hari ini dia ingin mencoba pesawat luncuran terbaru mereka.

Mungkinkah dia butuh keramaian setelah putus cinta? Yah anggaplah begitu.

"Anda ingin air, Sir?" Tawar Keenan.

"Terimakasih." Ucap Nicholas sambil menerima sebotol air mineral dari tangan Keenan.

Pria itu meneguknya dengan liar, seolah itu adalah bir. Hatinya tak berhenti mengumpat, mengutuk, menghina mantan kekasihnya itu.

Brengsek.

Ditengah-tengah kecamuk yang melandanya, mata Nicholas mendadak menangkap sesosok yang dikenalnya. Atau tidak? Tapi... dia merasa seperti tak asing dengan seorang pramugari bertubuh langsing dan luar biasa cantik yang tengah menyeret koper bersama seorang temannya.

Dua pramugari itu pun berjalan melewati Nicholas. Mereka tak sadar bahwa yang baru saja di lewati adalah bos besar maskapai tempat mereka bekerja.

Dasar tidak sopan!

"Siapa pramugari itu?"

"Yang mana Sir?"

"Itu yang berambut coklat."

"Keduanya berambut coklat."

"Yang cantik."

"Keduanya cantik."

Nicholas berdecak."Lupakan saja."

"Haruskah aku memanggil mereka? Memang ada masalah?" Tanya Keenan.

Nicholas masih belum melepaskan pandangannya pada gadis itu walaupun mereka sudah agak jauh. Mendadak pria cerdas itu bertingkah diluar akal sehatnya.

"Aku ingin pramugari itu melayani penerbanganku hari ini." Kata Nicholas sembari bangun dari duduknya.

"Apa? Tidak mungkin... mereka baru saja mendarat." Bantah Keenan.

Nicholas mengangkat alisnya sebelah."Bagaimanapun caranya, bawa dia ke penerbanganku."

Keenan ingin mengumpat dalam hati. Tidak ayah, tidak anak, sama-sama menyebalkan! Dia hampir lupa siapa ayah Nicholas! Jangan lupakan itu, catat bila perlu.

Dan disini pria malang itu harus kembali menjadi kacung. Memang sudah nasib! Nasib sial yang dibawa ayahnya, Jack, untuk dirinya.

BERLINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang