Bab 28 : Aborsion

377K 20.4K 2.7K
                                    

BIP!

"Awhh!! Sialan apa itu? Rasanya sakit sekali." Anaya yang masih tidur terkejut setengah mati merasakan sakit di leher bagian belakangnya.

Melihat seorang pria berbaju hitam memegang alat yang hampir mirip dengan pistol yang baru saja dia tembakkan ke lehernya yang sakit itu.

Noah berdiri disana, bertelanjang dada dan melipat tangannya sambil memperhatikan.

"Apakah sudah berfungsi?"

"Sudah Tuan. Anda tinggal menginstall di ponsel." Pria berbaju hitam itu menyerahkan benda seperti flashdisk kepada Noah.

"Apa itu?" Anaya mencoba menoleh ke belakang tubuhnya, kulitnya terasa sangat perih dan berdenyut.

"Kau boleh pergi."

Pria itu pun meninggalkan kamar, kini pandangan Anaya kembali pada Noah.

"Tadi itu apa?"

"Kau tak perlu tau." Kata Noah sambil berbalik dan menyimpan benda itu di dalam laci.

"Kenapa aku tak perlu tau? Aku ingin tau! Katakan padaku tadi itu apa?"

"Alat pelacak."

"Pelacak? Aku tidak mengerti."

"Apa kau tidak tau alat pelacak? Untuk melacak pergerakan seseorang."

"Aku tau tapi tidak mengerti kenapa kau sampai memasang alat pelacak padaku. Itu sangat konyol."

"Sekarang kalau mau melarikan diri lagi, silakan. Pintu terbuka lebar untukmu." Noah mengangkat tangannya ke arah pintu dengan wajah riang.

"Kau... gila." Anaya membuka mulutnya sambil menggeleng pelan, tak percaya bahwa orang gila seperti ini benar-benar ada di dunia.

Noah melakukan ini karena takut. Terlebih setelah mimpi semalam, Noah benar-benar semakin ketakutan. Takut gadis ini kabur lagi. Dan mati di tangannya. Mimpi semalam begitu nyata.

Dia mengambil sebuah berkas dari dalam lacinya lalu melemparkannya ke pangkuan Anaya.

"Apa ini?"

"Aku butuh asisten pribadi."

"Aku tidak sudi."

"Surat pengunduran dirimu tak pernah kutandatangani. Kau masih terikat kontrak kerja denganku, Anna."

"Aku tidak mau bekerja lagi, sungguh."

"Jangan membantah, aku sedang berusaha mengembalikan hidupmu seperti semula."

Anaya mengerang kesal sambil melompat dari tempat tidur. Dia melewati cermin dan berhenti sebentar untuk melihat dirinya yang tengah mengenakan kaos putih milik Noah di tubuhnya.

Astaga banyak sekali merah-merah di tubuhnya. Apakah itu yang disebut dengan kiss mark?

Sementara Noah yang menatap Anaya dari belakang tersenyum tipis. Mengagumi tubuh indah wanitanya. Sialan. Dia ingin menerkamnya lagi. Padahal semalam sudah melakukannya dua kali.

"Apa yang kau lakukan!" Anaya terkejut mendapati lengan Noah melingkar di perutnya dari belakang.

Mata mereka menyatu di cermin. Noah menciumi leher gadis itu lalu menggigitnya pelan.

"Mengikatmu."

Anaya menggigit bibir bawahnya pelan."Aku pikir aku tidak bisa bekerja lagi denganmu. Aku tak sanggup menjadi asistenmu. Lagipula aku sedang hamil. Aku takut tidak akan maksimal."

"Apa gunanya lulus dari Harvard kalau begitu saja tak mampu?"

"Kenapa kau selalu membawa-bawa Harvard hah?! Carilah asisten baru saja yang bukan lulusan Harvard dan tidak hamil."

BERLINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang