"SIALAN!"
Teriakan Noah membuat semua yang ada disana ketakutan. Terutama Candice. Dia sampai harus memeluk lengan suaminya sebagai pertahanan.
Sedangkan Noah terus mencoba mengotak atik ponselnya, menatap titik merah di peta. Ya itu adalah aplikasi pelacak yang dia pasang tempo hari di tubuh Anaya.
"Aplikasi bodoh! Aku menyesal sudah memakai produk gagalmu ini!!" Noah membanting ponselnya di lantai dan menatap marah pada Jeremy.
Sedangkan Jeremy datang memungut ponsel, menatap titik merah yang hanya berkedip, tak bergerak.
"Mungkin memang dia sedang tak bergerak?"
"Sudah sepuluh menit tak bergerak? Menurutmu dia pohon?"
Jeremy menelan ludahnya, dia yakin produknya ini sudah layak pakai. Tapi kenapa begini? Apakah memang Anaya tak bergerak? Atau sebenarnya gadis itu tergeletak mati di pinggir jalan? Sialan imajinasi liarnya itu.
"Aku sebaiknya langsung kesana saja! Aplikasi keparat!" Noah menyambar kunci mobilnya sebelum...
"Hei dia bergerak!"
Noah segera merebut ponselnya dan melihat titik merah yang mulai bergerak.
"Kemana gadis ini pergi sebenarnya?"
Jantung Noah berdegup kencang, dia sulit menelan liurnya namun masih terus memantau layar.
"Noah tenanglah, dia pasti tau jalan pulang dan mungkin sedang naik taxi—"
"Kau diam!" Noah membentak Candice.
Wanita sialan. Bagaimana bisa dia meninggalkan wanitaku sendirian? Dia hamil dan tak punya ponsel.
Goddamn!
"Kemana lagi dia berbelok?!" Noah sudah seperti orang kesurupan yang terus berteriak saat ini.
"Sir, dari laporan cctv, Nona Anaya terlihat masuk ke dalam sebuah ferarri merah di sekitaran Kurfürstendamm." Jack datang memberikan informasi itu.
"Ferarri merah?"
"Mungkin temannya."
"Mungkin taxi?"
"Sejak kapan ferrari dijadikan taxi?"
"Mungkin orang kaya yang kekurangan uang?"
"Aku bertanya-tanya," Jack menatap Jeremy dingin."Sebodoh apa Anda itu Tuan Jeremy?"
"Hei kau hanya bawahan! Dari mana kau punya keberanian berlagak kurang ajar seperti itu Jack?!" Jeremy menggertak marah.
"Aku bawahan Tuan Noah, bukan bawahan Anda."
"Bahkan denganku saja kau berani kurang ajar brengsek." Noah yang sedari tadi serius memperhatikan layarpun bersuara.
"Hah sudah! Berhenti bicara tak penting di saat seperti ini bodoh!!" Teriak Candice kesal.
Dan semuanya kembali serius memantau layar.
Syukur kalau gadis itu bertemu dengan temannya. Kalau bukan? Mengingat Noah yang baru saja mengeksekusi ibu tirinya, dia takut kalau ada yang tau dan mencoba menculik Anaya.
Sialan.
Itu tak boleh terjadi.
Atau jangan-jangan gadis itu memang masih berusaha kabur darinya?
"Hei dia sedang melaju ke rumah. Bukankah ini jalan pulang?"
Noah kembali memaku matanya pada layar, mengikuti titik merah yang sedang berputar, melaju ke mansion ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 20/09/20