"Mmhh..."
Noah tak berhenti memandangi wanitanya yang terus mendesah saat dia memaju mundurkan batangnya di kewanitaan Anaya. Kedua tangannya di tekuk di sisi wajah wanitanya, menopang tubuhnya hingga wajah mereka begitu dekat.
Tapi kali ini ada yang berbeda, tidak seperti sebelumnya.
"Kau bergerak lambat."
"Kau ingat apa kata Paul?"
"Apa?"
"Jangan terlalu sering melakukan seks."
"Tapi kita melakukannya setiap hari."
"Tidak apa-apa kalau seperti ini." Noah mengecup bibir Anaya dan wanita itu tersenyum malu."Kau merindukanku yang brutal hm?"
"Hanya... hanya... merasa aneh jika seperti ini."
Noah tersenyum tipis. Dia pun merasa aneh dengan gerakannya. Dia sama sekali tidak pernah melakukan yang seperti ini selama hidupnya. Terlalu lambat. Tapi, ingat, dia sedang melindungi kehamilan Anaya. Wanita itu mencintai bayi yang dikandungnya, darah daging Noah.
Dia tak ingin menyebabkan masalah di dalam sana jika terlalu keras menyentak wanitanya. Meskipun dirinya sendiri mengutuk gerakan ini.
Sial aku seperti siput.
Tapi semua akan dilakukan demi wanitanya. Dia mencintainya. Lebih dari apapun.
Cinta? Apakah begini rasanya cinta? Saat kau sangat menyayangi seseorang dan rela memberikan hidupmu untuknya? Seperti dia yang mengendalikanmu tapi kau merasakan kesenangan dan kebahagiaan yang tak terhingga? Kau seperti melupakan dirimu dan menuruti segala sesuatu yang membuatnya bahagia? Satu lagi, kau rela menangis bak orang idiot hanya karena melihat wanitamu sedih.
Apakah ini namanya cinta?
Namun pria itu belum berani mengucapkan kata cinta itu. Yah, dia hanya mampu mengucapkan itu di dalam mimpi.
Dasar pecundang!
"Bisakah kau lebih cepat?" Pinta Anaya sambil menggigit bibir bawahnya.
Goddamn!
Noah sangat ingin menyentaknya dengan cepat, buas dan liar. Dia bisa bayangkan akan sesedih apa wanitanya ini kalau sampai dia kehilangan janin itu. Dia tak akan merenggut kebahagiaan wanitanya lagi. Jika janin itu membuat Anaya bahagia, maka dia akan melindunginya.
Noah menggeleng pelan."No, baby. Seperti ini lebih baik."
"Hhh membosankan."
Noah hanya terkekeh sambil menaikkan sedikit temponya.
"Aahh..."
"Aku akan mengeluarkannya." Noah memejamkan matanya, menyentak sebentar, lalu mencengkram pipi Anaya hingga mulut gadis itu terbuka.
Gadis itu syok setengah mati saat mulutnya di sumpal dengan batang Noah, merasakan getaran dan cairan hangat membanjiri rongga mulutnya hingga mau tak mau dia terpaksa menelannya.
"Yuck!"
Dia melompat dan muntah di dalam kloset sementara Noah menarik gulingnya, hendak melanjutkan tidurnya sebentar lagi.
"Kenapa kau mengeluarkannya di dalam mulutku? Kau sangat jorok tau?!"
Hhh sialan sekali. Tanpa aba-aba dia memasukkan batangnya ke dalam mulutku. Tidak tau apa rasanya sangat... entahlah.
"Tidak boleh mengeluarkannya di dalam. Itu akan mengganggu janin."
"Darimana kau tau? Paul tak mengatakan apa-apa tentang itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 20/09/20