Dua puluh tahun kemudian...
"Aaah..."
"Jangan berisik, Sayang." Noah membungkam mulut Anaya dengan bibirnya saat batangnya keluar masuk di bawah sana.
"Kita bisa telat."
"Aku harus menuntaskan ini. Kita disana dua hari dan aku tau kau tak akan memberikanku seks selama dua hari."
"Hhh sudah tua pun kau masih saja menjadi hiperseks." Desah Anaya.
"Tak ada sangkut pautnya dengan umur, Sayang. Suruh siapa kau semakin hari semakin nikmat hah?"
Anaya hanya tersenyum melihat kelakuan suaminya. Gairah di antara mereka tak pernah luntur bahkan sudah dua puluh tahun menikah, rasanya masih sama seperti awal.
"Aaah..." Anaya mencengkram punggung Noah sambil memejamkan matanya.
Noah menambah temponya, memejamkan matanya saat dia merasakan getaran dalam dirinya. Oh dia akan sampai pada puncak kenikmatan.
"Aku akan keluar, Sayang."
Dan pria itu menembakkan cairan kentalnya dengan banyak ke rahim istrinya.
Dengan napas ngos-ngosan, Noah merebahkan dirinya di ceruk leher Anaya sedangkan istrinya itu hanya tersenyum bahagia.
"Kau selalu nikmat, Sayang." Bisik Noah.
"Kau juga begitu, Tuan Gigolo."
"Kenapa kau mulai memanggilku gigolo lagi hah?"
"Karena kau memuaskanku."
Noah berdecak dan melesak lebih dalam ke leher Anaya. Dia tersenyum tipis, tiada hari tanpa rasa bahagia selama dia hidup dengan Anaya. Meskipun tak jarang mereka berdebat, tapi itulah bumbu rumah tangga.
Keduanya tak bisa berpisah bahkan hanya untuk sedetik.
Terkadang Noah akan histeris saat melihat Anaya tak ada di kamarnya ketika bangun. Dan sebaliknya, Anaya akan kalang kabut ketika Noah tak ada di sebelahnya saat dia tidur.
Hhh budak cinta memang begitu.
"Aku sangat mencintaimu, Anna. Entah apa jadinya hidupku tanpa kau."
Anaya menghirup napas bahagia sambil memeluk suaminya. Dia pun begitu, dia sangat mencintai Noah dan keluarga kecilnya itu.
"Mom kau lihat dasiku?"
"Oh fuck!!"
Kedua insan yang baru selesai bercinta itu segera menyembunyikan diri mereka di bawah selimut.
"Dimana kau meletakkan dasiku, Mom?"
"Di lemarimu. Carilah dengan benar."
"Nicholas! Sudah berapa kali aku katakan jangan masuk ke kamar ini hah?!" Teriak Noah.
Alih-alih merasa bersalah, Nicholas malah berjalan menuju walk in closet milik orang tuanya itu dengan santai. Seolah tak terkejut dengan apa yang baru saja dia lihat.
"Dasiku hilang, aku pinjam dasimu yang ini, Dad."
"Sekali lagi kau masuk tanpa mengetuk akan kupecahkan kepalamu itu!"
Nicholas tersenyum dingin saat dia keluar dari walk in closet lalu mengangkat alisnya sebelah."Aku sudah sering melihat begituan di film porno. Sudah jadi tontonanku sehari-hari. Jadi jangan bereaksi berlebihan seperti itu."
Deg.
"Sejak kapan... sejak kapan kau menonton..."
"Saat usiaku 12 tahun Uncle Jeremy dan Uncle Elijah mengajakku nonton bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 20/09/20