Bab 11 : His exs

507K 21.6K 968
                                    

Aku adalah barang bekas.

Kata-kata itu terus terngiang di benak Anaya.

Bekas Noah Rayan, yang terkenal di kalangan para pelacur Berlin. Miris sekali hidup Anaya, semalaman dia tidak bisa tidur nyenyak membayangkan nasibnya.

Dasar babi. Kau pikir kau bisa mencampakkanku setelah itu hah? Kau tidak akan bisa. Aku tidak sama seperti pelacur-pelacur yang hanya kau pakai sekali saja. Bagaimanapun kau harus menjadi suamiku.

Bedebah sialan.

Tidak sanggup dia bayangkan bagaimana jadinya jika dia menikah dengan Noah. Astaga, apa yang dipikirkan gadis ini? Hanya sebatas permainan lidah saja tapi dia menuntut sebuah pernikahan?

Sementara di ruang rapat, Noah terlalu fokus pada pekerjaannya. Dia sedang memiliki proyek bersama Madeline Corp dalam peluncuran maskapai penerbangan terbaru Rayan Fly R102. Namun di balik wajahnya yang serius itu? Dia bertanya-tanya.

Kenapa asisten pribadinya tidak masuk kerja?

Brengsek bukan? Dia masih berani bertanya setelah nyaris membuat kepala gadis itu pecah.

"Mana wanita itu?" Gerutu Noah sambil berjalan keluar dari ruangan rapat."Apa dia sedang menulis surat pengunduran dirinya?"

"Mungkin saja." Jawab Jack malas.

"Kalau begitu suruh dia segera memberikannya padaku. Aku tidak sabar ingin menandatanganinya."

Noah masuk ke dalam lift sembari melepaskan jas, melonggarkan dasi dan menggulung lengan kemejanya. Dia merasa benar-benar gerah harus pakai baju seperti itu.

"Setelah itu buat pengumuman. Bahwa aku mencari asisten baru."

"Tidak perlu repot-repot."

"Maksudmu?"

Jack ingin mengumpat, tapi dia malah berkata dengan nada yang dipaksakan sesopan mungkin."Tidak akan ada yang sudi kepalanya di benturkan seperti Nona Anaya, Tuan."

Noah berdecak."Kenapa menyalahkanku? Dia sendiri yang minta itu."

Jack benar-benar ingin membenturkan kepala Noah saat ini. Dia membayangkan jika itu terjadi, maka dunia akan benar-benar damai.

Pintu lift terbuka, Noah berjalan melewati koridor, mengabaikan para karyawan yang menyapa.

"Omong-omong, hubungi Maxim. Aku butuh satu pelacur untuk malam ini."

Jack menghela napas. Sepertinya tiada hari tanpa melakukan hubungan seks. Dengan berat hati Jack mengangkat ponselnya, memencet nomor Maxim. Sang mucikari sialan.

"Hei!"

Baik Noah maupun Jack segera menghentikan langkahnya yang baru saja hendak masuk mobil.

Sial, wanita itu? Dengan wajah seperti itu? Muncul di depanku?

Anaya menggigit bibirnya marah."Tentang kemarin. Aku sudah memikirkannya semalaman. Keputusanku masih sama. Aku ingin kau menjadi suamiku."

"Tidak perlu membuat drama disini, mana surat pengunduran dirimu." Noah berdecak sambil menyodorkan tangannya.

Anaya maju selangkah, menatap kesal pada Noah. Gadis itu masih memakai perban di dahinya, namun wajahnya sudah segar, tidak sepucat kemarin.

"Aku tidak akan mengundurkan diri. Siapa yang mau mengundurkan diri?"

Noah benar-benar ingin menembak mulut gadis ini, andai dia tidak sedang berada di kantornya, dengan berpasang-pasang mata yang sedang curi-curi pandang pada mereka.

BERLINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang