"Bella, kau sangat cantik, aku belum sempat memberitahumu itu... tapi kau sangat cantik..."
"Namaku Lili, bukan Bella."
Noah berdecak."Biarkan aku memanggilmu Bella, walaupun kau tidak seperti dia."
Noah memejamkan matanya dan memaju mundurkan batangnya di lubang kewanitaan wanita muda bernama Lili itu.
"Ahh..." wanita itu menggeliat.
"Bella..."
"Aku ingin kau memanggilku dengan namaku."
"Bella tidak murahan sepertimu, jalang."
"Maka jangan panggil aku Bella."
"Bella... andai aku mengungkapkan cintaku padamu waktu itu... apakah kau akan meninggalkan bedebah itu?"
"Kubilang aku bukan Bella."
"Sial! Sekali lagi kau protes, mulutmu akan kusumpal dengan benda panjang dan keras sampai kau kehabisan napas. Kau mau hah!?"
"Mmhh..."
"Sialan, jangan mendesah, jalang." Noah membuka matanya dan menutup mulut Lili dengan tangannya."Desahan menjijikkanmu mengganggu konsentrasiku."
Noah menjadi kesal dan menumbuk wanita itu dengan kuat dan cepat, membuat Lili harus memejamkan matanya sambil menumpahkan air mata. Berada di bawah bekapan tangan Noah, dia sama sekali tidak bisa menjerit saat kejantanan panjang dan besar itu mengoyak kewanitaannya yang masih tersegel rapi.
"Benar ternyata kau perawan, kenapa menjadi pelacur?"
Noah terus membawa batangnya menusuk kuat lubang Lili dan dia melepaskan tangannya dari mulut gadis itu agar gadis itu bisa menjerit.
"Enak, ini pekerjaan enak." Erangannya memenuhi ruangan.
Noah membalikkan tubuh Lili, menarik pantatnya mendekat agar dia bisa menusuknya lagi.
"Ahh... jangan keras-keras... nyeri sekali rasanya."
"Aku tidak bisa bermain lembut."
"Ohh ugh... ahh..."
Gerakan Noah semakin cepat dan cepat, dia kesetanan dengan kepalanya yang penuh dengan wajah Bella, mencoba untuk mengeluarkan cairan spermanya yang tidak mau keluar.
Tapi malah gambaran Bella yang sedang bercinta dengan Alexander yang muncul dalam otaknya.
Sial.
Brengsek.
Bisa-bisanya dia membayangkan itu.
Noah mencabut batangnya dari kewanitaan Lili dan turun dari ranjang. Mengambil rokoknya, memakai celananya lalu duduk di tepi jendela sambil memandangi langit malam.
"Ada apa? Kenapa berhenti?"
"Aku tidak selera. Kau bisa pergi sekarang."
"Tapi..."
"Pergi sebelum ku tembak."
Gadis perawan itu pun mengambil celana dalam dan bajunya, lalu cepat-cepat meninggalkan kamar Noah.
Laki-laki itu melamun di tempatnya sambil sesekali meneguk bir dari dalam botol. Pikirannya melalang buana pada masa lalu. Penyesalan terbesarnya adalah bahwa dia tidak pernah sempat mengucapkan kata cinta untuk Isabella. Walaupun itu tidak akan mengubah apapun. Wanita itu tetap akan memilih Alexander.
Dan wanita itu hanya tau bahwa dia menganggap dirinya sebagai sahabat.
Brengsek sekali.
Lebih dari sahabat, sekarang wanita itu bahkan menjadi kakak iparnya. Yang mana tidak ada celah sama sekali untuknya kecuali dia menembak mati Alexander Rayan, kakak kandungnya sendiri. Noah memegangi kepalanya yang sakit sebelum menenggak habis minuman di dalam botolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 20/09/20