Noah berjalan cukup cepat memasuki mansionnya dengan tangan yang terus menggenggam Anaya. Otaknya berputar, mencari tau siapa yang berani menerornya.
Belum reda kemarahannya itu, dia dihadapkan dengan laporan berikutnya.
"Sir, seseorang menembakkan anak panah ini lewat jendela belakang."
Anaya tak menyadari kalau terlalu banyak pengawal yang berjaga. Jack datang untuk melihat anak panah dengan bangkai burung yang sama, namun bedanya, kali ini ada selembar kertas yang di ikat pada bangkai itu.
Noah merebut kertas itu dari Jack dan membaca tulisan yang di tulis menggunakan darah.
Just want to say hello to your new girlfriend.
Keparat.
Siapa yang berani bermain seperti ini? Noah meremas kertas itu geram. Bukan rahasia lagi kalau dia memiliki segelintir musuh namun selama ini dia amat sangat berkuasa hingga tak ada yang berani senekat ini.
"Siapa... siapa itu...?" Anaya tampak gemetaran.
"Aku akan cari tau." Kata Jack sambil mengarahkan walkie talkie di mulutnya."Semua berkumpul ke ruangan sekarang."
Keparat.
Noah terus memutar otak mencari tau siapa yang punya potensi memiliki keberanian seperti ini diantara musuhnya. Mungkinkah Joseph Anderson? Suami Emily? Rasanya tidak.
Mereka tak tau Emily pergi ke mansion Noah hari itu. Dan Jack sudah menutupi pembunuhan itu dengan rapat. Pria itu sudah mengatur sedemikian rupa seolah Emily pergi berlibur ke Amerika.
Lalu siapa?
"Noah..."
"Ini semua terjadi karena kau Anna."
"Aku?"
"Kau tidak menginginkan adanya pengawal demi kencan konyol itu. Sekarang kau lihat apa yang terjadi?" Bentak Noah."Andai kita membawa pengawal tadi, mereka bisa dengan mudah melacak pelaku!"
Anaya hanya bisa menelan ludah di dalam ketakutannya melihat Noah yang terlihat sangat marah.
"Aku tidak tau akan seperti ini."
"Kau mana tau? Kau hanya tau cara membantahku bukan? Hanya itu yang kau tau."
"Noah aku—"
"Kau lihat anak panah tadi? Itu sangat dekat dengan kakimu! Bagaimana kalau keparat itu menembakkan panah ke jantungmu? Kau pernah bayangkan hal seperti itu?!"
Anaya kembali menelan ludah sudah payah. Dahinya mulai berkeringat dan tangannya memelintir ujung bajunya.
"Mereka mengincarmu."
"Aku?"
"Kau adalah wanitaku. Hanya dengan membunuhmu mereka bisa melihat kehancuranku!"
Noah terus membentak dan api kemarahan terpancar nyata di matanya yang gelap. Napasnya terengah-engah dan dia benar-benar sangat amat ketakutan jika ada yang berani melukai Anaya.
"Aku—"
"Sebaiknya kau pergi ke kamar dan jangan menggangguku sekarang." Noah segera meninggalkan tempat itu dan bergabung dengan Jack ke ruangan lain dimana para pengawal mereka berkumpul.
***
Sementara di sebuah ruangan besar, Noah tengah menendang beberapa pengawal hingga mereka tersungkur ke lantai.
"Pengawal sebanyak ini tak ada yang melihat pelaku hah?!" Teriak Noah keras."Untuk apa aku menggaji kalian selama ini brengsek?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 20/09/20