Bab 14 : Tortured

377K 19.2K 1.9K
                                    

Acara peluncuran maskapai terbaru Rayan Fly berjalan dengan lancar kecuali CEO dari perusahaan itu yang tampil sedikit berbeda dari yang lainnya.

Oh tidak sedikit. Perbedaannya sangat mencolok.

Bagaimana tidak? Dia bahkan tidak mandi dan tidak berpakaian rapi. Tidak cukuran. Tidak banyak bicara. Kata sambutannya di gantikan oleh Elijah. Dan matanya hanya menatap kosong. Dia benar-benar sudah kehilangan nyawanya.

Sekarang hampir dua bulan semenjak gadis itu menghilang. Tidak ada jejak dan kabar sama sekali. Bahkan Noah sudah mengerahkan siapa saja untuk menemukan wanita itu, tapi tetap saja. Mayatnya pun tidak di temukan. Andai mayatnya di temukan, mungkin Noah bisa sedikit lega.

Apakah ada orang yang percaya kalau ini adalah sosok CEO dari Rayan Enterprise? Kemeja lusuh tak di kancing, membuat orang sekitar dibuat tak nyaman olehnya.

Astaga dia kehilangan akal sehatnya. Lebih gila dari sebelumnya.

Dia tak menyangka pengaruh Anaya sangat besar dalam hidupnya. Kepergian gadis itu bagai menghancurkannya menjadi kepingan yang tak bisa direkatkan kembali. Terdengar berlebihan, namun seperti itulah yang dirasakannya sekarang.

"Sir, Anda butuh pelacur?" Jack sampai habis akal. Dia ingin tuannya kembali seperti semula. Brengsek seperti semula. Bukan brengsek pendiam yang tak punya nyawa seperti ini.

Noah hanya menatap kosong pada jendela kamarnya, dengan botol minuman yang sudah berserakan di lantai.

Astaga, jika diingat-ingat kondisi seperti ini sama persis dengan kondisi Alexander saat dia menggila ketika Bella pergi bukan? Tapi itu wajar. Bella adalah kekasihnya. Tapi Anaya? Bukan siapa-siapa baginya.

"Sir, haruskah aku menghubungi Dexter? Maxim? Michael?" Jack menyebut semua mucikari langganan Noah.

Namun pria itu tak merespon. Omong-omong, tumben sekali sudah dua minggu Noah tak mencicipi tubuh para pelacur. Itu aneh bagi alam semesta.

"Tuan—"

"Suruh Paul datang."

"Paul? Apakah Anda sakit?"

Sialan Jack, kenapa kau harus bertanya segala? Sudah jelas-jelas dia sakit.

Sakit jiwa.

Ah ya. Harusnya Jack melihat itu. Meskipun pria itu sangat kesal pada tuannya, tetap dia menyayangi pria brengsek yang sedang terkapar tak berdaya ini.

Noah memejamkan lagi matanya, menghela napasnya kuat-kuat. Tuhan apakah kau sedang menyiksaku? Atas kelakuanku yang bejat itu? Tuhan, izinkan aku menemui gadis itu.

Noah berdecak kesal, bangun dari tidurnya, berjalan ke lemari dengan linglung, menarik kemeja di gantungan. Apa gunanya berdoa? Sial.

"Anda mau kemana, Sir?"

"Club."

"Anda baru saja menyuruhku menghubungi Paul."

"Aku sepertinya butuh hiburan."

"Apakah pelacur sudah tak menjadi hiburan lagi bagi Anda?"

"Entahlah."

Noah berjalan terseok-seok di trotoar tak jauh dari dia memarkirkan mobilnya.

BERLINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang