Bab 19 : Still being a jerk

361K 19.4K 1.1K
                                    

Hari ketiga penyekapan...

"Bisakah kau lepaskan saja borgolnya? Aku tidak bisa makan dengan tangan kiri." Kata Anaya saat sebuah nampan besar terhidang di depannya.

Dia sudah tidak sabar melahap semua itu. Perutnya sudah sangat keroncongan sekarang.

"Tidak bisa makan pakai tangan kiri? Apa gunanya jadi lulusan Harvard begitu saja tak bisa?"

"Di Harvard tidak ada pelajaran makan menggunakan tangan kiri."

Wanita ini sangat gemar membantah Noah. Lagipula ada-ada saja. Apa hubungannya makan dengan tangan kiri dan lulus Harvard. Beritahu aku sebodoh apa Noah ini? Pantas saja Alexander mengatakan laki-laki itu tak punya otak.

"Tunggu apa lagi? Lepaskan sekarang."

Sialan lepaskan aku bodoh. Aku sudah tidak sabar makan semua ini. Sudah berapa lama aku tidak makan sebanyak ini? Hah semua itu juga berkat laki-laki brengsek itu. Selain mengambil keperawananku, dia juga sudah mengambil nafsu makanku.

"Belum waktunya di lepas. Aku harus menjinakkanmu dulu."

"Menjinakkanku? Apakah aku seekor anjing liar bagimu?"

Noah tertawa lagi."Anggaplah begitu."

"Berkacalah."

Wanita ini membuat Noah tak berhenti tertawa. Entah apa lucunya bagi dia. Dia belum pernah tertawa lepas selama ini.

Noah yang sedari tadi berdiri akhirnya memilih duduk di sisi ranjang, mengambil sendok dan pisau untuk memotong steak kambing.

"Buka mulutmu."

Anaya mengerutkan dahinya heran. Apakah laki-laki itu sedang menyuapinya?

"Buka tidak. Kalau tidak aku akan buang semua makanan ini ke tong sampah."

Seketika Anaya membuka mulutnya dan Noah menyuapinya. Sebegitu takutnya kah Noah kalau Anaya kabur lagi? Jangan lupakan bagaimana gilanya dia saat gadis itu menghilang.

"Aku tidak pernah menyuapi orang selama ini. Kau harus bersyukur aku mau menjatuhkan harga diriku lagi untuk perbuatan konyol ini."

"Oh ya? Sudah kubilang bukan kalau kau laki-laki yang tak punya harga diri?"

"Bagaimana bisa kau tertawa malam itu?"

"Kapan?"

"Dengan para berandalan Beijing. Apakah laki-laki pirang itu klien mu hah? Berapa hargamu semalam disana?"

Anaya berdecak dan merebut sendok dari tangan Noah dengan tangan kirinya. Dia tak sudi lagi disuapi oleh pria ini.

"Sampai kapan kau mau menganggapku jalang? Untung aku bukan. Kalau iya aku sangat tersinggung dan bisa menusuk garpu ke wajah menyebalkanmu itu! Hah! Aku ingin sekali membunuhmu."

Anaya menggertak Noah dengan melayangkan garpu ke wajahnya hingga laki-laki itu terkejut dan berjengit menjauh.

"Lihat? Kau lihat itu? Kau sadar dengan kelakuanmu? Dulu kau menodongkan senjata. Sekarang kau menusuk garpu. Inilah hasil dari tindakan sok beranimu itu." Noah berdecih.

Sial susah sekali makan pakai tangan kiri. Tapi aku muak disuapi oleh laki-laki brengsek ini. Bagaimana ini? Haruskah aku memintanya menyuapiku lagi?

Cih!

"Jangan pikir kau bisa melawanku, Annoying. Keujung dunia pun kau mau kabur, aku tetap bisa mencarimu. Paham kau?!"

Anaya hanya menatap Noah dengan tatapan dingin, sementara laki-laki itu mulai meledak lagi. Wajahnya terlihat marah.

BERLINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang