Bab 15 : Almost die

369K 21K 2.7K
                                    

Noah berjalan meninggalkan club bersama otak yang penuh dengan bara api. Dadanya semakin sesak. Dia ingin membunuh seseorang sebagai upaya untuk menyingkirkan keterpurukan yang dialaminya sekarang, karena sepertinya alkohol dan pelacur sudah tak membantu lagi.

"Kemana kau pergi?" Jeremy bertanya saat mereka berpapasan ketika sama-sama berjalan keluar dari club.

"Hei!!"

Noah tak menggubris sahabatnya. Sementara Jeremy dan Elijah menatap punggung Noah dengan was-was. Mereka sungguh tak pernah melihat yang seperti ini.

"Aku punya firasat buruk."

"Dia tak mungkin pergi menjemput ajalnya kan?"

"Jangan katakan itu. Aku belum siap kehilangan sahabat sebrengsek dia."

Kenapa kesakitan ini tak berhenti juga?

Hujan benar-benar lebat di luar sana. Noah berjalan ke tengah hujan menuju tempat dia memarkirkan mobilnya. Masuk ke dalam lambhorgini-nya, menghela napas berat sejenak sebelum menghidupkan mobil itu.

Hah. Aku sudah muak menjalani hidup seperti orang gila.

Dengan mata tajam ke depan, dia pun menekan pedal gas sangat keras hingga mobilnya nyaris melayang di udara. Kecepatan mobil yang dikemudikannya sangatlah kencang, jalan licin membuat mobil itu semakin cepat, meliuk-liuk di jalan raya Berlin.

Sementara otaknya terus memantulkan wajah Anaya. Wajah polos yang sedang tersenyum, menari-nari di depan wajahnya.

Sial. Siapa kau itu? Kau sungguh wanita iblis yang sudah menyihirku. Aku akan mengejarmu bahkan jika harus melewati neraka sekalipun. Berani sekali kau menghancurkan hidupku hah!

Kemarahan. Ketakutan. Kegelisahan. Perasaan bersalah. Semuanya berkumpul membentuk palu yang terus memukul kepalanya.

Noah menambah kecepatannya, seperti sedang mengejar gadis yang terus berlari di depannya. Dia sudah gila. Benar-benar gila. Tak henti-hentinya dia mengutuk dirinya sendiri. Memohon pada Tuhan untuk mencabut nyawanya dan melemparkannya ke neraka paling dalam yang pernah di ciptakan.

Terpuruk dan frustasi. Dia sudah lelah dengan semua itu.

Laki-laki itu terus menambah kecepatannya. Entah sudah sampai mana dia pergi sekarang. Yang jelas sudah sangat jauh dari kota Berlin. Bahkan dia tak menurunkan kecepatan sama sekali saat berbelok di tikungan hingga sebuah truk dari arah berlawanan menghidupkan lampu sorot serta membunyi klakson yang cukup panjang, memekakkan telinga dan membutakan penglihatannya.

"Oh shit!"

Mata Noah membulat sempurna dengan kakinya yang berusaha menekan rem, tangannya dengan cepat membanting setir.

BRAKK!!!

Benturan yang cukup keras.

Hal terakhir yang dia lihat hanyalah cahaya lampu yang menerobos matanya sampai kesadarannya perlahan-lahan menghilang.

Dia memang tak pantas hidup.

***

Sialnya dia masih hidup.

Ini adalah pertama kali dalam seumur hidupnya Noah harus tidur di bangsal dengan selang infus dan pendeteksi jantung. Matanya menerawang ke dinding.

Laki-laki brengsek itu hanya mengalami luka ringan saja di beberapa bagian tubuhnya akibat menabrak pembatas jalan. Untunglah tak ada korban jiwa disana. Sementara di ruangan itu orang sudah mulai berkumpul. Ya. Keluarga beserta kerabat Noah.

BERLINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang